Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengolah Air Hujan Menjadi Laik Minum dengan Setrum

Kompas.com - 16/08/2017, 17:07 WIB
Auzi Amazia Domasti

Penulis

SLEMAN, KOMPAS.com – Wadah penampungan yang menghadap ke langit terlihat di halaman rumah Frederico di Sleman, Yogyakarta. Ia membuat instalasi pengolahan air hujan itu supaya bisa mengkonsumsi air minum tanpa harus memasak atau membeli. 

Rico, begitu sapaan akrabnya, yang berprofesi sebagai desainer interior sudah tiga tahun terakhir menampung dan mengolah air hujan menjadi air yang dapat dikonsumsi keluarganya sehari-hari. Termasuk, di saat kemarau.

“Saya bikin instalasi rumah tangga ini dan berharap bisa semakin disebarluaskan ke rumah-rumah lain,” ujar Rico, Kamis (10/08/2017).

Melalui wadah, pipa dan penyaringan, kemudian alat listrik, air hujan bisa diolah dengan metode elektrolisa alias disetrum dan menjadi air minum.

Rico mengatakan, persiapan alat-alat tersebut hanya memakan waktu 15 menit.

“Jadi ini bisa di produksi sendiri dan tidak sulit. Kurang lebih biayanya Rp 300.000,00 dan untuk alat listriknya saya terbuka untuk mengajarkan (ke orang-orang sekitar) yang mau,” kata Rico.

Awalnya, ia membuat percobaan alat ini pada Oktober 2014 bersama komunitas yang sama-sama ingin mengolah air hujan untuk dapat dikonsumsi, yakni Komunitas Banyu Udan.

Bak penampung air hujan di Sleman. Dengan pengolahan sederhana, air hujan diolah menjadi air minum dengan kadar mineral yang tidak tinggi.AUZI AMAZIA DOMASTY/ KOMPAS.com Bak penampung air hujan di Sleman. Dengan pengolahan sederhana, air hujan diolah menjadi air minum dengan kadar mineral yang tidak tinggi.

Selama mengkonsumsi ‘air setrum’ itu, Rico dan keluarga mengaku mendapat manfaat yang lebih banyak dibanding air biasa. Misalnya, anak-anaknya menjadi jarang sakit. Salah seorang anak Rico, Patricia Karina, merasakan dengan mengonsumsi air itu ia jadi kuat begadang.

Ketika mengukur kandungan unsur mineral dalam air tersebut atau Total Dissolved Solid (TDS), menunjukkan angka 18 yang berarti kadar kandungan mineral air yang diolah memang sangat rendah.

Pengolahan air dengan penyetruman ternyata menghasilkan kualitas air yang baik. Sebab, air yang mengandung unsur mineral terlalu tinggi tidak baik untuk kesehatan.

World Health Organization (WHO) bahkan menetapkan standar TDS air yang layak dikonsumsi ada dalam kisaran 60-10.

“Ini sangat bagus untuk diolah, dengan dielektrolisa ini nanti dipisahkan asam dan basa. Yang biasa kita minum yang basa, karena fungsinya untuk melarutkan (dalam tubuh)," katanya.

Dalam mengolah air, Rico menyiapkan dua wadah penampungan air minum, yang sebenarnya mereka tersambung. Wadah air di sini kiri, menampung air dengan kadar asam lebih tinggi. Sedangkan, wadah yang di kanan mengandung air dengan kadar basa lebih tinggi.

Bila air yang kadar basanya tinggi habis karena diminum, ia menambahkan air hujan yang sudah disaring ke tempat yang asam.

“Jadi, misalnya terlihat tinggi air asam-basa hanya sejajar, tapi nanti yang basa akan bergeser lebih tinggi dari asam. Artinya yang basa ini lebih ringan dari asam, karena kandungan yang asam lebih berat makanya TDS-nya lebih rendah,” papar Rico.

Instalasi ‘air setrum’ ini sempat akan dipakai di rumah susun di Jakarta. Ada instalasi model lain yang terintegral dan memiliki penghitung waktu (timer) yang dapat digunakan di apartemen atau rumah susun. Namun, rencana itu belum pasti karena pergantian peride pemerintahan yang akan berdampak pada kebijakan.

Wadah penampung air yang diolah dengan penyetruman sehingga menghasilkan air layak minum. Masing-masing wadah berisi air dengan kandungan asam dan basa yang berbeda.AUZI AMAZIA DOMASTY/ KOMPAS.com Wadah penampung air yang diolah dengan penyetruman sehingga menghasilkan air layak minum. Masing-masing wadah berisi air dengan kandungan asam dan basa yang berbeda.

Menurut Rico, air tersebut memang membawa banyak manfaat dan istimewa bagi keluarganya. Ia pun tak pelit berbagi dengan tetangganya. Sebab itu, dia memasang instalasi air di luar rumah agar tetangganya bisa minum air olahannya.

“Walau sedikit yang penting bisa berbagi dan berguna bagi orang lain. Makanya, Saya buat ini dan bikin pelatihan juga (supaya ada yang bisa membuat instalasinya secara mandiri),” ujar Rico.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemerintah Segel Gunung Geulis Country Club, Summarecon Bogor, dan Bobocabin, Upaya Kembalikan Catchment Area

Pemerintah Segel Gunung Geulis Country Club, Summarecon Bogor, dan Bobocabin, Upaya Kembalikan Catchment Area

Berita
Pengembang Indonesia dan Jepang Bangun Hunian 50 Hektar di BSD City

Pengembang Indonesia dan Jepang Bangun Hunian 50 Hektar di BSD City

Perumahan
IsDB Tertarik Bantu Renovasi Rumah Tak Layak Huni

IsDB Tertarik Bantu Renovasi Rumah Tak Layak Huni

Berita
Mengenal 'Udevelop', Ide Tata Kawasan di Kota Bandung Tanpa Gusur Masyarakat

Mengenal "Udevelop", Ide Tata Kawasan di Kota Bandung Tanpa Gusur Masyarakat

Kawasan Terpadu
Ara Bertemu Farhan, Bahas Penataan Kawasan Kota Bandung

Ara Bertemu Farhan, Bahas Penataan Kawasan Kota Bandung

Kawasan Terpadu
Hati-hati, Tol Tangerang-Merak Bakal Padat Tanggal 27 Maret 2025

Hati-hati, Tol Tangerang-Merak Bakal Padat Tanggal 27 Maret 2025

Berita
Tiga Ruas Fungsional JTTS Akan Dilengkapi Toilet Portabel hingga SPBU Modular

Tiga Ruas Fungsional JTTS Akan Dilengkapi Toilet Portabel hingga SPBU Modular

Berita
Perjuangan Warga Rusun Se-Jakarta Menuai Hasil, Tarif Air Progresif Diterapkan

Perjuangan Warga Rusun Se-Jakarta Menuai Hasil, Tarif Air Progresif Diterapkan

Berita
Diprediksi 75.000 Mobil Listrik Mengaspal Saat Mudik Lebaran

Diprediksi 75.000 Mobil Listrik Mengaspal Saat Mudik Lebaran

Berita
Tuntaskan Normalisasi Sungai Ciliwung, Lahan 11 Hektar Bakal Dibebaskan

Tuntaskan Normalisasi Sungai Ciliwung, Lahan 11 Hektar Bakal Dibebaskan

Berita
HKI Sulap Limbah Kertas 1,9 Ton Jadi Kalender dan Cinderamata

HKI Sulap Limbah Kertas 1,9 Ton Jadi Kalender dan Cinderamata

Berita
Kota Manado: Destinasi Ideal untuk Calon Pemilik Rumah

Kota Manado: Destinasi Ideal untuk Calon Pemilik Rumah

Perumahan
Tol Probowangi Paket 3 Tuntas Thun Ini, Biaya Logistik Turun 20 Persen

Tol Probowangi Paket 3 Tuntas Thun Ini, Biaya Logistik Turun 20 Persen

Berita
SMI Rogoh Rp 735,7 Miliar, Dukung Pendidikan, Kesehatan, dan Air Minum

SMI Rogoh Rp 735,7 Miliar, Dukung Pendidikan, Kesehatan, dan Air Minum

Berita
Platinum Cineplex Eastvara Resmi Dibuka, Berkonsep One Stop Entertainment

Platinum Cineplex Eastvara Resmi Dibuka, Berkonsep One Stop Entertainment

Fasilitas
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau