JAKARTA, KompasProperti - Sejak rampung dibangun pada 1967 lalu, Bendungan Ir H Djuanda atau lebih dikenal dengan Waduk Jatiluhur telah memasuki usia ke-50 tahun.
Kendati manfaat waduk ini tak langsung dirasakan pemerintah daerah setempat, namun sumbangan waduk ini kepada masyarakat setiap tahunnya mencapai triliunan rupiah.
Hampir 90 persen pasokan air dari bendungan yang dikelola Perum Jasa Tirta II ini digunakan untuk irigasi pertanian warga.
"Mungkin tidak langsung menyumbangkan PAD (pendapatan asli daerah) ke Pemda Jabar, tapi kan langsung ke petani. Karena petani free of charge memanfaatkan air irigasi Jatiluhur," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (18/7/2017).
Saat ini, tak kurang dari 240.000 hektar lahan sawah milik petani di wilayah Jawa Barat bagian utara dialiri air dari bendungan yang memiliki luas genangan mencapai 83 kilometer persegi itu.
Dengan asumsi produksi padi rata-rata 5,5 ton per hektar per musim, maka produksi padi yang telah dibantu yaitu sebesar Rp 3,3 juta ton per tahun atau setara dengan Rp 13,86 triliun.
Basuki menilai, keberadaan Waduk Jatiluhur yang menjadi waduk terbesar di Indonesia, merupakan suatu hal yang sangat potensial. Waduk tersebut menjadi satu-satunya sumber air baku konsumsi masyarakat DKI Jakarta.
"Karena itu, betapa rentannya (waduk) ini," ujarnya.
Pemerintah, menurut Basuki, berencana membangun dua Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) baru, yaitu Jatiluhur dan Karian.
Kedua SPAM itu akan menjadi sumber suply baru bagi warga DKI Jakarta dengan kapasitas masing-masing 5000 meter kubik/detik 4000 meter kubik/detik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.