Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyedotan Air Tanah, Penyebab Utama Turunnya Muka Tanah Jakarta

Kompas.com - 06/04/2017, 20:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Penyedotan atau ekstraksi air tanah besar-besaran ditengarai menjadi penyebab utama dalam turunnya muka tanah di wilayah DKI Jakarta.

Menurut Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Tuty Kusumawati, ekstraksi tanah besar-besaran yang terjadi di Jakarta terjadi karena minimnya kemampuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam menyediakan air perpipaan dari PAM.

"Saat ini kami baru bisa menyediakan 62 persen melalui air perpipaan dari PAM kami. Dari sisa 38 persen yang perlu air itu 30 persen di antaranya masih mengambil air tanah," ujar Tuty di Gedung Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jakarta, Rabu (5/4/2017).

Oleh sebab itu, kini Pemprov DKI Jakarta bersama dengan Pemerintah Pusat dalam hal ini Ditjen SDA Kementerian PUPR berkomitmen untuk mengurangi ekstraksi air tanah dengan menyediakan air non-tanah bagi warga DKI Jakarta.

Program ini dilakukan melalui pembangunan Bendungan Karian di Banten untuk membantu Waduk Jatiluhur dalam menyuplai air warga DKI Jakarta.

Selain itu juga dilakukan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 1 dan 2 untuk menambah suplai air warga Jakarta.

"Kalau semuanya itu bisa selesai 2019 nanti kami harap akan ada tambahan suplai air yang masuk ke Jakarta sehingga penyedotan air tanah bisa diatasi," kata Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR Imam Santoso.

Tuty menambahkan, Bendungan Karian mampu menambah suplai air di Jakarta sebanyak 4.200 liter per detik.

Sedangkan SPAM 1 dan 2 masing-masing menambah pasokan air sebesar 4.000 liter dan 5.000 liter per detik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com