Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Tambang Anjlok, Rumah Subsidi di Balikpapan Naik Daun

Kompas.com - 07/03/2017, 17:30 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KompasProperti - Seiring anjloknya bisnis tambang dan minyak dalam tiga tahun terakhir, daya beli masyarakat Balikpapan, Kalimantan Timur, pun ikut melorot.

Hal ini memaksa para pengembang properti mengubah strategi. Mereka tidak lagi berharap banyak dapat mendulang penjualan dari properti komersial berharga tinggi, melainkan dengan mengembangkan rumah murah, dan subsidi.

Strategi ini ditempuh agar roda bisnis perusahaan tetap berjalan. Lagipula, kebutuhan rumah murah dan subsidi masih belum terpenuhi maksimal.

Alhasil banyak pengembang Balikpapan, maupun pengembang nasional yang beroperasi di kota terbesar kedua Kalimantan Timur itu berlomba membangun rumah murah dan subsidi.

Menurut Kepala Dinas tata Kota dan Perumahan Balikpapan Ketut Astana, luas tanah yang ditawarkan sangat mungil yakni 60 meter persegi. Sementara luas bangunan sekitar 36 meter persegi.

"Rata-rata tipe 36 dengan luas tanah 60 meter persegi, sesuai batas minimal dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)," kata Ketut kepada KompasProperti, Selasa (7/3/2017).

Pemerintah Kota Balikpapan sendiri tidak mengatur batasan ukuran minimal tanah untuk perumahan.

"Bila dibatasi akan memberatkan pengusaha. Di sinilah strategi mereka," tambah Ketut.

Potensi pasar rumah murah dan rumah subsidi sangat besar di kota ini. Tahun lalu, pengajuan yang masuk sedikitnya berjumlah 14.000 unit yang terdiri dari 10.000 rumah subsidi dan 4.000 rumah sederhana non-subsidi.

Sementara yang mampu direalisasikan baru 4.000 unit rumah subsidi.

Pembangunan perumahan ini tersebar di 20 lokasi baik di Kecamatan Balikpapan Utara maupun Balikpapan Timur.

Harga yang dibanderol sekitar Rp 128 juta pada 2016, dan kini menjadi Rp 135 juta.

"Sementara rumah sederhana komersial dipatok hingga Rp 300 juta per unit," kata Wahyudi Irianto, Kepala Bidang Perumahan.

Rumah menengah

Sebelum pengembangan rumah murah dan rumah subsidi naik daun, peminat rumah menengah dengan harga Rp 400 hingga 500 juta mendominasi pasar pada kurun 2013.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com