Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Belanja Gaya Hidup di Mal-mal Jakarta

Kompas.com - 03/02/2017, 15:13 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - "Sekarang, orang-orang pergi ke mal nggak sekadar belanja baju, atau sepatu. Juga hiburan, salurin hobi, ngopi, meeting. Itu semua gaya hidup".

Direktur PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Soegianto Nagaria mengutarakan hal tersebut kepada KompasProperti, Kamis (12/1/2017). 

Pernyataan Soegianto tak keliru. Dalam pengamatan KompasProperti, semakin banyak masyarakat, terutama kelas menengah dan menengah atas yang menghabiskan waktu di pusat belanja

Di salah kedai kopi Mal Pacific Place, Liberica, contohnya. Mereka terlihat menikmati sajian kudapan, kopi, dan materi percakapan dengan penuh antusias. 

Tak hanya itu, meja mereka penuh dengan perangkat gawai, kertas kerja, dan juga materi presentasi lainnya. 

Dina Indrawati, seorang di antara yang tengah menikmati kopi senja, Jumat (27/1/2017), mengatakan, melewati waktu dengan ngemall sudah termasuk rutinitas.

"Ngemall di sini jangan diartikan belanja baju ya. Juga belanja kebutuhan lainnya yang menyangkut pekerjaan, atau memenuhi kebutuhan sosial," kata karyawan yang berkantor di kawasan central busniess district (CBD) Sudirman ini.

Dina tak sendiri. Ada banyak orang seperti dia dengan motivasi beragam, namun satu benang merah, yakni membeli gaya hidup.

Mereka duduk di kedai kopi, restoran, atau lounge yang khusus disediakan perusahaan perbankan, atau maskapai penerbangan selama dua hingga maksimal empat jam.

Praktisi komunikasi, pengamat kehidupan sosial, dan juga pakar personal branding, Reza Setiawan menuturkan, penilaian terhadap seseorang saat ini ditentukan oleh aktivitas mereka sehari-hari. 

"Tampilan memang perlu, namun bagaimana, ke mana, di mana, dan apa yang dia lakukan sangat memengaruhi penilaian itu," ujar dia.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
Jadi, tambahnya, pusat belanja juga mengikuti pola perkembangan atau dinamika tren gaya hidup yang sedang berkembang.

Tak keliru jika para pengembang dan pengelola sekarang membangun atau bahkan mengubah konsep pusat belanjanya menjadi fasilitas gaya hidup.

"Tren ini akan terus berkembang, dan tidak akan pernah mati. Karena pergi ke pusat belanja itu orang mau too see and to be seen people juga," kata Reza.

Terlebih jika pusat belanja yang disambangi masuk kategori mewah, atau elite, macam Pacific Place, Plaza Indonesia, dan Plaza Senayan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com