Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

REI Harus Beri Pemahaman "Good Corporate Governance"

Kompas.com - 14/12/2016, 10:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa pekerjaan rumah menanti Soelaeman Soemawinata selalu Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Real Estat Indonesia (REI) periode 2016-2019 menggantikan Eddy Hussy.

Selain perumahan rakyat, Soelaeman juga mesti membuat para pengembang khususnya anggota REI lebih paham soal seluk beluk pasar properti Indonesia.

Saat ini pengembang-pengembang di Indonesia masih banyak yang belum memiliki pengetahuan terutama tentang pasar properti.

"Pengembang, baik anggota REI atau bukan itu harus diberikan wawasan tentang pasar. Kebanyakan pengembang ini membangun apartemen di suatu lokasi berlebihan jumlahnya tanpa memikirkan daya beli yang ada," ucap Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit kepada Kompas.com, Selasa (13/12/2016).

Pengembang-pengembang itu, sambung Panangian, tidak memiliki wawasan pasar yang bagus sehingga kerap membuat blunder dalam proyeknya.

Pada akhirnya, minimnya wawasan pasar tersebut membuat proyeknya macet dan tidak dibangun lagi sehingga merugikan konsumen dan mencoreng nama baik mereka sendiri.

Minimnya wawasan pasar juga membuat para pengembang terlalu percaya diri dalam mengembangkan proyek.

Jumlah unit dibuat terlalu banyak padahal daya serap tidak paralel sehingga membuat nama baik REI sedikit terganggu, maka tak heran jika banyak sengketa timbul antara konsumen dan pengembang.

"Sudah saatnya ketua REI sekarang di satu sisi mendorong rumah rakyat tapi di sisi lain membangun profesionalisme pengembang-pengembang untuk mengikuti good corporate governance dan menjaga citranya secara profesional," imbuh Panangian.

Lebih lanjut Panangian juga menyarankan REI untuk memberikan pemahaman kepada para pengembang agar tak terlalu buru-buru dalam membangun sebuah proyek properti, tetapi harus dipikirkan matang-matang segala kesiapannya.

Jadi, jangan membangun kalau memang uangnya belum ada, tanahnya belum dibebaskan atau bersaing dengan sekelompok pengembang lainnya yang mungkin bukan anggota REI.

"Ini terkesan seperti makan memakan pasar di sana atau kanibalisme pengembang," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com