Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Harga Properti Residensial Melambat

Kompas.com - 05/12/2016, 10:06 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa harga properti residensial pada triwulan III-2016 melambat baik secara triwulanan dan tahunan.

Pada dasarnya indeks harga properti residensial pada triwulan III-2016 berada pada level 193,83 atau meningkat 0,36 persen secara triwulanan. Sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan angka 0,64 persen.

Kenaikan harga material bangunan yang mencapai 37,35 persen dan upah pekerja sebesar 23,14 persen masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial.

Kendati demikian, melambatnya pertumbuhan harga properti residensial lebih disebabkan oleh penurunan tarif PPh final atas pengalihan tanah dan/atau bangunan dari 5 persen menjadi 2,5 persen dari nilai transaksi yang diterima penjual sejak September 2016 silam.

Secara triwulanan, perlambatan kenaikan harga rumah cenderung terjadi pada rumah tipe besar dengan pertumbuhan harga yang hanya sebesar 0,05 persen.

Sementara itu, berdasarkan wilayah, Surabaya menjadi daerah yang mengalami peningkatan harga tertinggi, yakni 1,96 persen dibanding triwulan sebelumnya.

"Sebaliknya, harga rumah di Denpasar, Palembang, dan Pontianak mengalami penurunan masing-masing sebesar -0,13 persen, -0,56 persen, dan -0,12 persen dari triwulan sebelumnya seiring dengan lesunya permintaan masyarakat," tulis BI.

Sejalan dengan perkembangan secara triwulanan, harga properti residensial secara tahunan juga mengalami kenaikan yang melambat.

Pertumbuhannya tercatat hanya sebesar 2,75 persen dari sebelumnya pada triwulan II 2016 sebesar 3,39 persen.

Tipe rumah kecil menyumbang kenaikan harga tertinggi, yakni 3,76 persen, sedangkan rumah tipe besar justru mengalami kenaikan harga terendah sebesar 1,32 persen saja.

"Berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah terendah terjadi di Denpasar (0,72 persen,) dan tertinggi terjadi di Manado sebesar 8,77 persen yang disebabkan tingginya pembangunan infrastruktur di sana," sebut BI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com