Di Mata Penyewa, Kalibata City Bikin Betah meski Kerap Dilanda Masalah

JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam masalah dan peristiwa negatif terjadi di Apartemen Kalibata City, Kalibata, Jakarta Selatan. Sebut saja masalah kelangkaan air, prostitusi daring, hingga yang teranyar kasus bunuh diri mahasiswi, semua terjadi di apartemen ini.

Namun, hal itu tak menyurutkan penyewa untuk tetap tinggal di sana dan enggan pindah ke tempat lain.

Salah penyewa yang masih betah di Kalibata City adalah Kartika Putri (22). Pegawai swasta yang tinggal di menara Green Palace itu awalnya merasa takut tinggal di sana, terutama setelah kasus bunuh diri.

Namun, karena unit apartemen yang disewanya cukup jauh dengan lokasi kejadian, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di sana.

"Green Palace ini enggak begitu banyak berita negatifnya dibanding menara-menara Kalibata Residence. Terus fasilitasnya lumayan, harganya murah, dan transportasinya gampang," kata dara yang karib disapa Tika itu kepada Kompas.com, Jumat (25/11/2016).

Tika harus merogoh kantong Rp 25 juta per enam bulan sekali untuk unit dua kamar tidur dengan dimensi 49 meter persegi. Jika dibagi per bulannya, Tika mesti mengeluarkan ongkos sekitar Rp 4,16 juta.

Hal serupa juga diungkapkan Radha Akhsyin Wilson (20). Mahasiswi asal perguruan tinggi swasta yang tinggal di Kalibata City sejak Juli 2016 itu mengaku masih betah meski apartemen tersebut kerap dilanda masalah.

"Dekat pusat kota, harganya murah dibanding apartemen lain. Yang lengkap dengan perabot juga ada. Tempat makannya banyak, ada malnya juga, jadi mau belanja apa-apa gampang," jelas Radha.

Meski begitu, Radha tetap saja terpengaruh isu-isu di sekitarnya dan sempat ragu mengambil keputusan untuk tetap tinggal atau hengkang dari Kalibata City.

Menurut dia, banyaknya kejadian-kejadian negatif sempat membuatnya takut, dan khawatir banyak orang berbuat kejahatan di lingkungannya.

Tetapi, hal itu justru semakin memperkuat Radha untuk tetap tinggal di Kalibata City. Dia mengakui telah memperpanjang sewa apartemennya hingga enam bulan mendatang dengan biaya hampir sama dengan yang dibayarkan Tika, yakni Rp 25 juta.