Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknik Peledakan Tidak Digunakan untuk Robohkan Gedung Bank Panin

Kompas.com - 23/10/2016, 18:55 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah hampir seminggu sejak dirobohkan secara resmi, Gedung Bank Panin di Bintaro, Tangerang Selatan tak kunjung roboh secara keseluruhan.

Teknik pembebanan atau overload yang digunakan diyakini jadi biang keladi belum robohnya gedung tersebut. Pada rencana awalnya, sebanyak 150 ton karung berisi pasir digunakan untuk merobohkan Gedung Bank Panin pada Jumat (14/10/2016).

Namun, gedung tersebut baru roboh bagian dalamnya pada Kamis (20/10/2016) setelah dibebankan karung pasir seberat 250 ton.

Publik awam pun bertanya-tanya mengapa teknik peledakan menggunakan dinamit tidak digunakan untuk merobohkan Gedung Bank Panin layaknya apa yang dilakukan untuk merobohkan gedung-gedung di luar negeri.

Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Davy Sukamta mengatakan, penggunaan dinamit atau bahan peledak sendiri bisa menjadi alternatif namun risiko yang ditimbulkan terlalu berbahaya dan saat ini belum disetujui untuk dilakukan di Indonesia.

"Kalau di negara lain pakai dinamit sudah lumrah, cuma itu kan biasanya dilakukan oleh ahli karena kalau urutan peledakannya nggak benar robohnya jadi tidak terkendali," imbuh Davy kepada Kompas.com, pekan lalu. Hal yang sama juga diamini oleh Anggota Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Kota Tangerang Selatan Adang.

Menurut dia, ada beberapa hal yang membuat teknik peledakan belum bisa dilakukan untuk merobohkan gedung di Indonesia, terutama Gedung Bank Panin.

Pertama dari segi birokrasi perizinannya ini terbilang susah. Kedua, gambar konstruksi aktual Gedung Bank Panin tidak ada karena dokumennya sudah 10 tahun sehingga telah dimusnahkan.

"Nggak mungkin pakai peledak kalau kami tidak tahu bagaimana bentuk dan daya tahannya karena bisa-bisa peledaknya berlebihan," tambah dia.

Lalu yang ketiga, sambung Adang, teknik peledakan tidak dilakukan lantaran pihak asing yang dihubungi untuk melakukan hal tersebut mengaku membutuhkan model gedung terlebih dahulu untuk bisa diledakkan namun dengan kurun waktu cukup lama yakni tiga bulan.

"Selain lama, teknik peledakan ini juga cukup mahal," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com