Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Kritikan Mahasiswa, Ini 3 Hal yang Harus Diperhatikan Ridwan Kamil

Kompas.com - 19/10/2016, 19:42 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepemimpinan Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung mulai dipertanyakan karena dianggap belum membangun kota dan hanya peduli pada citra dirinya.

Pendapat ini disampaikan oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung bernama Rifan Abdul Azis dalam blog Kompasiana yang diunggah pada Sabtu (15/10/2016) dengan judul "Mengeluarkan Ridwan Kamil dari Zona Nyaman Pencitraan."

Kedekatan Emil, sapaan karib sang wali kota terhadap pengikutnya di ranah dunia maya dianggap Rifan sebagai usahanya membentuk framing atau citra yang baik sang wali kota.

Di dalam tulisannya, Rifan juga mengatakan bahwa hal tersebut bisa menyilaukan dan publik lupa jika Bandung memiliki banyak masalah yang apabila diekspos lebih jauh akan membuat citra diri Emil akan jatuh.

Masalah ketidakhadiran Emil ketika diundang untuk acara yang membahas permasalahan Bandung, kemacetan makin parah, pengadaan alat fitnes DPRD senilai Rp 700 juta, hingga pembangunan dengan konsep public privat partnership (PPP) atau kerja sama pemerintah dengan swasta menjadi segelintir 'dosa' yang dipaparkan oleh Rifan dalam tulisannya.

Masalah lainnya yang disebutkan Rifan adalah pelanggaran Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kala mengizinkan pembangunan Sahid Cleveland Condotel di daerah Ledeng yang notabene merupakan kawasan lindung.

Baca: Dituding Langgar Tata Ruang dan Lingkungan, Ini Jawaban Sahid Cleveland Bandung

Kendati demikian, apa yang terjadi di Bandung saat ini bukan semata-mata menjadi salah Ridwan Kamil selaku wali kota karena ada beberapa hal yang mesti dilihat untuk menjustifikasi kondisi Bandung saat ini.

Pertama, Menurut Ketua Ikatan Ahli Perencana (IAP) Bernardus Djonoputro atau Bernie adalah daya dukung Bandung untuk bertumbuh seperti dari lingkungan, air bersih, dan sebagainya mengalami tekanan yang kuat sehingga tidak mencukupi untuk menangani populasi dan kegiatan.  

"Dalam 10 tahun terakhir tidak ada perbaikan signifikan," ujar Bernie kepada Kompas.com, Senin (17/10/2016).

Daya dukung tersebut, sambung Bernie, belum menjadi faktor utama dalam rencana tata kota Bandung sehingga saat ini Bandung masih belum menjadi kota yang compact.

Selanjutnya, Bernie mengatakan bahwa rencana detail tata ruang (RDTR) Bandung yang baru diresmikan setelah proses revisi beberapa waktu lalu belum secara efektif dijadikan panduan dalam pembangunan Kota Bandung.

Belum secara efektif dalam artian program-program revitalisasi atau perbaikan kota dan penempatan trase-trase proyek infrastruktur utama di dalam rencana tata kota belum sinkron dengan fakta di lapangan.

"Saat ini juga belum ada usaha untuk mensinkronkan itu semua," tambahnya.

Hal ketiga yang menjadi masalah dalam pembangunan Bandung adalah kebijakan revitalisasi bagian-bagian kota dan permasalahan gentrifikasi atau perpindahan penduduk yang masih belum tertangani dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com