Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Indonesia, Kenaikan Harga Tanah Bisa 2 Digit

Kompas.com - 11/10/2016, 13:46 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Padatnya pembangunan fisik di Indonesia membutuhkan lahan yang luas. Pembangunan ini meliputi properti, kawasan bisnis, dan infrastruktur.

Karena kebutuhan tanah di Indonesia sangat tinggi, terutama di dan dekat kota besar, harganya bisa meroket tajam.

"Harga tanah naik tinggi sekali. Kalau inflasi biasa 1 digit, sekitar 3-4 persen. Sementara tanah kenaikannya 2 digit," ujar Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil saat pembukaan pameran Real Estat Ekspo 2016, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Sabtu (8/10/2016).

Menurut Sofyan, hal ini menjadi masalah yang dihadapi pada sektor perumahan. Padahal di satu sisi, pemerintah tengah menjalankan Program Nasional Pembangunan Sejuta Rumah yang banyak diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Dengan kenaikan yang tinggi pada tanah, maka semakin banyak orang yang tidak mampu membeli rumah.

Untuk itu, Sofyan tengah mempertimbangkan bagaimana mendorong masyarakat untuk tinggal di hunian vertikal seperti rumah susun (rusun) atau apartemen.

Salah satu caranya dengan memberikan insentif kepada para pengembang atau penghuni hunian vertikal.

"Kalau tidak dibangun vertikal, di Jawa ini akan dipenuhi rumah semua. Di mana lagi untuk pertanian?" sebut Sofyan.

Insentif untuk pengembang, Sofyan mencontohkan, bisa meningkatkan koefisien lantai bangunan (KLB).

Dengan demikian, unit yang dibangun menjadi lebih banyak dan harga relatif lebih murah daripada rumah tapak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com