Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Dapat Hibah 300 Juta Dollar AS Kembangkan Energi Terbarukan

Kompas.com - 29/09/2016, 21:30 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melalui kerjasama dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS), Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS) membentuk sebuah lembaga bernama Millennium Challeng Acoount (MCA) Indonesia untuk menyosialisasikan penggunaan energi terbarukan.

Selain kerjasama, MCA Indonesia juga mendapatkan hibah untuk menjalankan program-program yang berkaitan dengan energi terbarukan untuk direalisasikan di Indonesia.

Salah satu program MCA Indonesia adalah green properity project atau proyek kemakmuran hijau yang memiliki fokus terhadap pembangunan berkelanjutan pada tingkat lokal di Indonesia.

"Untuk proyek kemakmuran hijau ini fokusnya macam-macam mulai dari perencanaan tata guna lahan partisipatif, bantuan teknis dan pengawasan, fasilitas kemakmuran hijau, dan aktivitas pengetahuan hijau," kata Project Development & Oversight Manager Green Prospertiy Project MCA Indonesia, Ichsan, di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Jumlah dana yang dihibahkan oleh Pemerintah AS untuk proyek kemakmuran hijau adalah sebanyak 300 juta dollar AS yang digunakan untuk pembangunan fasilitas energi terbarukan berbasis masyarakat.

Pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan berbasis masyarakat kemudian menjadi salah satu hal yang difokuskan MCA Indonesia dalam proyek kemakmuran hijau.

Saat ini, MCA Indonesia memiliki delapan proyek pembangunan pembangkit listrik yang tengah dalam tahap evaluasi dan siap dikonstruksi.

Ichsan mengakui bahwa segala macam prosesnya mulai dari studi kelayakan, studi lingkungan, studi sosial, dan studi gender telah diselesaikan sehingga saat ini sedang dikerjakan gambar teknisnya

"Ada di beberapa daerah ini, kontraktornya sudah ada dan kami perkirakan Januari-Februari 2017 siap bangun dan selesai Februari 2018," tambahnya.

Bentuk pengelolaannya, lanjut Ichsan, akan melalui perseroan terbatas (PT) yang saham mayoritas atau 51 persennya dimiliki Badan usaha milik desa (Bumdes) dan sisanya dimiliki kontraktor.

"Keterlibatan kontraktor ini sebagai salah satu upaya menjaga agar mereka tidak ke mana-mana setelah pembangkit listrik selesai dibangun tetapi ikut memantau dan memperbaiki kalau ada kerusakan," tandas Ichsan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com