Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritisnya 4.000 Hektar Hutan Lindung Penyebab Banjir Bandang Garut

Kompas.com - 23/09/2016, 22:14 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Penyebab banjir bandang di Garut, yang terjadi pada Selasa (20/9/2016) malam adalah curah hujan yang tinggi selama 4 jam berturut-turut. 

Namun, selain itu, daerah tangkapan hujan di hulu juga menjadi penyebabnya. Saat ini, hutan-hutan di kawasan hulu juga mulai beralih fungsi.

"Dari 59.000 hektar, ada sekitar 10 persen atau 4.000 hektar yang masuk kategori kritis dan sangat kritis. Sementara di luar hutan lindung ada 3.000 hektar," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bambang Hendroyono di Garut, Kamis (22/9/2016).

Ia mengatakan, bencana banjir ini menjadi pengalaman bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab di hutan lindung, atau di luar areal penggunaan lain.

Menurut Bambang, terkikisnya daerah tangkapan air bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian LHK, namun juga badan usaha milik negara (BUMN), pemerintah kabupaten, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Dalam hal ini, seluruh pihak terkait tersebut telah sepakat melaksanakan rencana aksi rehabilitasi.

"Konservasi Garut akan dijadikan contoh, sebagai daerah yang memiliki limpasan tanah tinggi, rawan longsor, dan rawan banjir," jelas Bambang.

Ia menambahkan, Garut memiliki topografi yang curam. Dengan demikian, harus dilakukan terobosan-terobosan dan melarang bangunan yang tidak permanen di kiri-kanan bantaran sungai.

Terobosan yang dimaksud antara lain menanam pepohonan sebagai ganti hutan lindung yang hilang.

"Yang kritis 4.000-an hektar, makanya menanamnya 5.000 hektar. Sedangkan di luar kawasan penggunaan lain 3.000 hektar," tutur Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com