Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Tahun Depan Warga Cibubur Terbebas dari "Jalur Neraka"

Kompas.com - 18/09/2016, 20:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah pemancangan tiang dan struktur baja dimulai tahun lalu, pembangunan fisik kereta cepat ringan atau light rail transit (LRT) lintas pelayanan Cibubur-Cawang pun juga telah mengalami perkembangan.

"Untuk proyek LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) hingga saat ini progresnya sudah 10 persen," kata Corporate Secretary PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) Ki Syahgolang Permata, kepada Kompas.com, Minggu (18/9/2016).

Progres 10 persen ini, sambung Ki Syahgolang mencakup trase Cibubur-Cawang sepanjang 14,3 kilometer dan Cawang-Bekasi Timur sepanjang 18,3 kilometer. 

Seperti diketahui bahwa pembangunan LRT Jabodebek ini dibagi menjadi dua tahap dengan masing-masing tahapan terdiri dari tiga lintas pelayanan.

Tahap satu meliputi lintas pelayanan Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas (10,5 kilometer) dengan 21 stasiun dan panjang 42,1 kilometer.

"Untuk lintas pelayanan Cawang-Dukuh Atas masih dalam tahap persiapan dan koordinasi dengan pihak pemerintah Provinsi DKI Jakarta," imbuh Ki Syahgolang.

Sedangkan tahap dua lintas pelayanan Cibubur-Bogor (25 kilometer), Dukuh Atas-Palmerah-Senayan (7,8 kilometer), dan Palmerah-Grogol (5,7 kilometer) sehingga menghasilkan total panjang 41,5 kilometer.

Rencananya, akan ada 10 stasiun pada tahap dua.

Jalur LRT Cibubur-Cawang dijadwalkan beroperasi pada akhir 2017, sedangkan Bekasi Timur-Cawang dan Cawang-Dukuh atas bisa beroperasi pada 2018.

Urai kemacetan

Kehadiran LRT ini sangat dinanti-nanti untul mengurai sekaligus mereduksi kemacetan yang terjadi setiap hari, bahkan setiap jam di kawasan Cibubur dan sekitarnya.

Bayangkan, untuk mengarungi jalan Transyogie yang hanya sepanjang 6 kilometer menuju Pintu Tol Cibubur, butuh waktu 30 menit hingga 45 menit saat jam sibuk.

Sementara pada akhir pekan bisa lebih dari itu, yakni 1 jam. Tak mengherankan jika jalur ini beken dijuluki "jalur neraka". 

Jelas, lamanya perjalanan ini dinilai pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, sangat kontraproduktif karena menghabiskan waktu, tenaga dan biaya. 

"Pembangunan sarana transportasi berbasis rel ini merupakan solusi tepat. Terlebih bila terintegrasi dengan bis-bis pengumpan atau 'feeder'," ujar Yayat.

Dalam hal penataan ruang juga, konsep pengembangan yang mendukung LRT ini mau tak mau harus diusung para pengembang properti yakni transit oriented development (TOD).

Pengembangan properti yang terintegrasi dengan jaringan LRT lebih efektif mengurai kemacetan. Para pengembang bisa saling bekerjasama membangun fasilitas park and ride.

Hal ini dimungkinkan karena para penghuni bisa memarkirkan kendaraan pribadinya di fasilitas yang disediakan tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju Jakarta dengan menggunakan LRT atau jaringan lain yang terintegrasi. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com