Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selandia Baru di Antara Dominasi China dan Melejitnya Properti Mewah

Kompas.com - 19/08/2016, 11:30 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

AUCKLAND, KOMPAS.com - Auckland saat ini menjadi pasar perumahan mewah dengan pertumbuhan paling cepat di dunia.

Kota terbesar di Selandia Baru ini mendominasi survei kota-kota terpanas untuk properti mewah yang dilakukan oleh Christie International Real Estate.

Survei yang dilakukan pada 100 afiliasi pasar ini membuat Chrisie Luxury Thermometer menemukan bahwa penjualan properti di Auckland dengan harga setidaknya 1 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 13 miliar tumbuh 63 persen pada tahun lalu.

Kebangkitan ekonomi Selandia Baru ditandai banyaknya migrasi dan investasi properti yang dilakukan terutama oleh mahasiswa luar negeri, ekpatriat, dan para investor kaya raya.

"Ditambah dengan hukum properti Selandia Baru yang tidak termasuk bea materai, pajak pertambahan modal, atau persyaratan visa menjadikannya pasar properti paling menarik di dunia untuk pembeli asing," tulis Christie.

Namun, keberhasilan pasar properti Selandia Baru ini mendapatkan penolakan dari beberapa pihak.

Politisi kontroversial Winston Peters sekaligus pemimpin Partai New Zealand First yang dikenal karena sikap anti imigrasinya telah mengeluarkan penyataan mengutip dari surat dari seorang agen properti China kepadanya.

"Agen tersebut mengatakan bahwa banyak orang asing yang tidak membayar pajak, membeli, dan menjual hanya melalui lingkaran mereka sendiri dan akan menjual dalam jumlah besar serta kemudian meninggalkan Selandia Baru jika ada penurunan nilai properti," jelas Peters.

Agen yang diidentifikasikan sebagai "Adam" oleh Newshub itu datang ke Selandia Baru dengan harapan bisa terpapar budaya Eropa dan Kiwi.

"Alih-alih melihat campuran etnis yang seimbang, Auckland justru mempunyai rasa China yang menyeluruh," tulis Adam.

Dalam suratnya tersebut, Adam juga mengutip perkataan dua warga Jepang yang sedang berkunjung ke Auckland.

"Mereka menyebutkan bahwa pergi ke Auckland tak ubahnya pergi ke China dan di sana Anda tidak mendengar bahasa Inggris, Anda tidak melihat Kiwi, dan hanya ada China, China, dan China," kutip Adam.

Beberapa orang kemudian mengkritik Adam termasuk imigran China Keith Ng yang menganggap bahwa argumen Adam tidaklah akurat.

"Investor asing, mahasiswa internasional, dan imigran semuanya merupakan kelompok terpisah dengan masalah terpisah serta kebijakan yang diatur juga secara terpisah. Menyamaratakan mereka bersama-sama bukan tentang kebijakan, tapi tentang kelas mereka," imbuh Ng.

Tahun lalu, Partai Buruh menerbitkan data yang menunjukkan bahwa hingga 40 persen dari rumah di Auckland dijual ke orang-orang keturunan Cina, sebagian besar didasarkan pada nama keluarga mereka.

Namun, perkiraan terbaru memberikan pandangan lebih konservatif. Pada Mei 2016, Informasi Pertanahan Selandia Baru melaporkan bahwa 58,2 persen perumahan Auckland dari periode Januari hingga Maret tidak terjual ke penduduk dan disematkan ke investor asal China.

Mereka hanya berkontribusi terhadap 276 unit dar total 11.955 rumah yang ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com