Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Cara Norwegia Menembus Pasar Cat Indonesia

Kompas.com - 01/05/2016, 20:41 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Indonesia adalah pasar paling besar di wilayah Asia Tenggara. Meskipun perekonomiannya sedang melambat, namun negara lain seperti Vietnam atau Thailand belum bisa mengalahkan potensi pasar Indonesia".

Demikian Presiden Direktur PT Jotun Indonesia Eric Mallace menjawab pertanyaan Kompas.com saat kunjungan pabrik pekan lalu.

Menurut Eric, populasi Indonesia sebanyak lebih dari 250 juta jiwa sangat potensial dan memacu perusahaan untuk terus tumbuh dan menjadi produsen cat dengan penguasaan pasar besar.

Saat ini, kata Eric, Jotun Indonesia menempati posisi empat besar secara market share. Masih di bawah nama-nama populer lainnya, sebut saja AkzoNobel (PT ICI Paints Indonesia). 

Meski begitu, peringkat tersebut merupakan pencapaian besar saat dua tahun lalu PT Jotun Indonesia masih berada di level ketujuh.

Apa rahasia produsen cat yang berbasis di Norwegia ini dalam menembus pasar Indonesia?

"Rahasianya adalah keberlanjutan," ucap Eric. 

Keberlanjutan dalam menggenjot pertumbuhan secara organik di pasar-pasar baru dan mempertahankan keunggulan di pasar yang sudah ada (existing marketi), dan terus melakukan inovasi dengan pendekatan berbeda.

Jotun Indonesia memiliki dua pabrik di Kawasan Industri MM2100, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, dan Legok, Banten.

Sementara kantor cabang sudah tersebar di enam kota yakni Surabaya, Medan, Pangkalan Baru, Batam, dan Makassar.

Kapasitas pabrik Jotun di Cikarang tercatat sebanyak 40 juta liter dan bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Pelajaran penting dari beroperasinya pabrik ini adalah sistem manajemen yang diterapkan. Jotun menempatkan Health and Safety Environment (HSE) sebagai prioritas nomor satu dalam semua aktivitas dan aspek. 

Mereka mengikuti regulasi lokal dan internasional seperti NFPA, ISO9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001.

Jotun juga sangat ketat menerapkan sistem tersebut, termasuk saat para jurnalis yang dilarang mengabadikan foto di spot-spot tertentu dalam area solvent based yang penuh dengan bahan cairan kimia berbahaya (flamable).

Perusahaan yang dimiliki keluarga Gleditsch sebanyak 54 persen dan Orkla 42 persen ini mencatat pertumbuhan revenue di seluruh dunia senilai 17,5 miliar krone atau setara Rp 28,6 triliun dengan laba usaha 1,8 miliar atau Rp 2,9 triliun.

"Kami akan terus berupaya menjadi yang terbaik. Tentu saja dengan setia menerapkan nilai-nilai korporat seperti loyalitas, kepedulian, dan saling menghargai. Bukan tidak mungkin tahun depan kami bisa menjadi nomor satu di Indonesia," ucap Eric.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com