Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahan Baku Air Bersih Jakarta Diambil dari Kali Malang

Kompas.com - 15/03/2016, 00:15 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Buruknya kualitas air Sungai Ciliwung, memaksa Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya mengolah air Kali Malang sebagai bahan baku air bersih untuk seluruh warga Provinsi DKI Jakarta. 

Menurut Manajer Produksi PAM Jaya, Mochamad Hatta Sukarno, 80 persen pasokan air bersih untuk mandi, cuci, kakus (MCK), dan juga keperluan rumah tangga sehar-hari untuk dikonsumsi merupakan hasil dari pengolahan air Kali Malang.

"Sisanya 16 persen beli dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Serpong, Tangerang, dan hanya 4 persen dari Sungai Ciliwung," ungkap Hatta saat pemaparan Pelayanan Air Minum Melalui Skema Master Meter, di Jakarta, Senin (14/3/2016). 

Hatta melanjutkan, selain buruk kualitasnya, air Sungai Ciliwung juga berwarna hitam pekat sebagai indikasi mengandung limbah bahan berbahaya, dan beracun (B3).

"Saking hitamnya, amonianya sangat tinggi sehingga tidak layak untuk dikonsumsi," tambah Hatta.

Karena itu, untuk menyiasati pemenuhan kebutuhan air bersih layak konsumsi PAM Jaya terpaksa mengolah air dari Kali Malang yang kualitasnya jauh lebih baik dari air Sungai Ciliwung. Sementara kebutuhan sisanya yang dibeli dari IPA Serpong bertarif Rp 2.500 per meter kubik. 

Hingga saat ini, akses warga Jakarta terhadap layanan air bersih PAM Jaya masih berada pada angka 60 persen. Sisa 40 persen yang sebagian besar merupakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), belum terlayani.

"Belum terlayani karena mereka tinggal di lahan garapan (ilegal), sehingga tidak ada jaringan distribusi air," tambah Hatta.

Untuk meningkatkan akses layanan, terutama bagi MBR di kawasan yang tidak dimungkinkan dibangunnya jaringan distribusi air alias lahan garapan (ilegal), PAM Jaya melakukan berbagai upaya.

Termasuk menggandeng USAID IUWASH (Indonesia, Urban Water, Sanitation and Hygiene) menyediakan alternatif penyediaan air bersih dan aman melalui skema Master Meter atau layanan sambungan komunal. 

Skema Master Meter ini, menurut Urban Water Supply and Sanitation Specialist USAID IUWASH Tofikurochman Achamd, adalah sambungan air minum perpipaan untuk MBR di suatu kawasan yang tidak terhubung jaringan distribusi, dan tidak dapat dibangun sesuai standar teknis dan administrasi.

"Hingga saat ini, kami sudah membangun Master Meter di sejumlah wilayah yakni Pulo Gebang, Cilincing, Rawa Buaya, dan Tanah Merah," buka Tofikurochman.

Dia melanjutkan konsep layanan sambungan komunal ini punya beberapa keuntungan yakni kemudahan administrasi sambungan, dan kemudahan akses pada air perpipaan dengan harga terjangkau.

Selain itu juga menawarkan sistem pembayaran lebih mudah dan fleksibek melalui community based operation (CBO) yang bisa dibayar harian, mingguan, dan bulanan. 

"Serta terciptanya partisipasi kolektif dalam pemeliharaan jaringan melaporkan kebocoran sambungan ilegal dan lain-lain," tuntas Tofikurachman.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com