Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Keramik Asia Tenggara Tembus 1,8 Miliar Meter Persegi

Kompas.com - 08/03/2016, 15:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak harus ditakuti para pelaku industri dan pabrikan keramik dalam negeri. Sebaliknya, MEA justru membuka peluang-peluang bagi industri untuk menggenjot produksinya.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga, mengatakan, Indonesia punya modal yakni penerapan teknologi pembuatan keramik dengan konsep digital (digital printing) dan mampu mengadopsi teknologi mesin dari Italia sebagai sentra keramik dunia.

"Keramik yang dihasilkan sudah seperti keramik berbahan baku alami, sehingga penggunaan marmer tidak diperlukan lagi. Keramik hasil digital printing ini tahan lama, ringan, dan desain beragam. Pada gilirannya sumber daya alam terjaga kelestariannya," tutur Elisa saat temu media Keramika 2016 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (8/3/2016). 

Elisa menambahkan, hanya negara yang sudah punya pabrik dan industri keramiklah yang akan bertahan dan mampu bersaing dalam kompetisi MEA. Indonesia, satu di antara yang bisa memanfaatkan peluang itu.

"Sementara negara lain, Laos dan Myanmar belum punya pabrik keramik," imbuh Elisa. (Baca: Pameran Keramik Terbesar Kembali Digelar)

Meski sempat ada dua hingga tiga pabrik yang menyetop produksinya tahun lalu, namun itu tidak menghambat Indonesia untuk bersaing dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan keramik pasar Asia Tenggara.

Menurut Wakil Ketua Umum Asaki Edy Suyanto, pasar Asia Tenggara membutuhkan 1,8 miliar meter persegi keramik. Angka ini berasal dari populasi yang mencapai lebih dari 655 juta orang dengan asumsi kebutuhan sekitar 2,5 sampai 3 meter persegi per orang. 

"Ini angka yang besar. Indonesia harus memanfaatkannya dan menggenjot awareness mengenai keramik. Salah satunya dengan membuka pameran," kata Edy.

Selain punya pabrik keramik, timpal Elisa, Indonesia juga sudah dikenal sangat kuat untuk perangkat tableware, dan tile. Sementara Thailand kuat di insulator dan keramik untuk alat kesehatan, dan teknologi chip komputer.

"Nah, seharusnya kita dorong Indonesia untuk membuka pasar yang belum dimasuki. Kita dorong produksi insulator dan lain-lain di luar tableware dan tile," tuntas Elisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com