Yudha, sapaan karibnya, menyoroti tentang penggunaan terminologi "Bom Sarinah" dan turunannya seperti "Teror di Kawasan Sarinah", pasca-ledakan yang terjadi di gerai Starbucks Coffee dan pos polisi perempatan Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis (14/1/2016). (Baca: Topik Pilihan)
"Istilah 'Kawasan Sarinah' baru muncul kemarin. Tentu saja tidak tepat. Ini insting yang meleset. Kalau menggunakan terminologi "Teror Bom Dekat Sarinah" atau "Teror Bom Sekitar Sarinah", itu lebih tepat," tutur Yudha.
Yudha menjelaskan, penggunaan istilah "Bom Sarinah" atau "Teror Bom di Kawasan Sarinah" keliru, karena kejadian awalnya saja di gerai Starbucks Coffee Menara Cakrawala, dan rentetan ledakan serta tembakan berikutnya di pos polisi sekitar area perempatan Jl MH Thamrin-Jl Wahid Hasyim.
Proses toponimi yang misterius ini, kata Yudha, juga terjadi pada peristiwa-peristiwa lainnya sebelum ini.
Tak mengherankan jika kekeliruan penggunaan istilah ini kemudian membuat Direktur Utama PT Sarinah (persero), Ira Puspadewi, meradang. (Baca: Ira Puspadewi: Tak Ada Bom di Gedung Sarinah)
Ira merasa keberatan atas pemberitaan di media arus utama serta perbincangan di media sosial dengan menyebut peristiwa kemarin sebagai "Bom Sarinah". Sebab, peristiwa yang cukup mencekam ini tidak terjadi di Gedung Sarinah.
"Nama Sarinah disematkan sebagai tetenger saja. Atau jangan-jangan ada pesanan agar tidak menggunakan istilah 'Starbucks'?," pungkas Yudha.