KOMPAS.com - Berdasarkan data JLL, sektor properti sewa di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE) mengalami kenaikan.
Harga sewa ini tumbuh 7 persen di beberapa daerah pada tahun lalu. Namun, jumlahnya masih jauh lebih rendah dibanding 2013 dan 2014.
Pasar properti Abu Dhabi sendiri masih sangat terbuka lebar. Tak kalah dengan tetangganya, Dubai. Kedua kota ini pun kemudian dianggap sebagai kiblatnya sektor properti di semenanjung Arab.
Banyak proyek baru yang direncanakan, seperti Mamsha di Saadiyat Island dari Perusahaan Investasi dan Pengembangan Pariwisata Abu Dhabi.
Menyusul Ansam, Maya dan West Yas di Yas Island dari Aldar Group, Al Hadeel di Raha Beach dan juga dari Aldar Group.
Permintaan kuat
Pasca dihantam krisis finansial global pada 2008 lalu yang berakibat pada banyaknya proyek yang tertunda, permintaan properti kembali menguat.
Setidaknya di sektor sewa yang terus mengalami kenaikan selama tujuh tahun terakhir dengan kisaran angka 5-7 persen.
Kenaikan ini sebagian besar karena pasokan minim, tidak seimbang dengan jumlah populasi yang semakin bertambah.
Meski demikian, menurut Pusat Statistik Abu Dhabi, tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata tahunan antara tahun 2005 dan 2014 adalah 7,6 persen.
Jika ini berlaku, maka penduduk akan terus melebihi pasokan perumahan dan sewa akan terus meningkat.
Prospek penjualan
Anjloknya harga minyak dunia masih belum mendapat reaksi dari para investor. Mereka masih melakukan aksi wait and see.
Peningkatan yang berlanjut dalam harga sewa seharusnya memberi sinyal kenaikan transaksi penjualan.
Namun, antara harga sewa dan kenaikan transaksi masih berada pada tingkat ketidakpastian yang terpisah.
Hal ini menyebabkan imbal hasil (yield) investasi properti semakin besar dan beberapa investor lebih percaya diri menarik investor lainnya.