Aktivitas perdagangan ini secara tidak langsung juga memengaruhi terbentuknya lanskap perkotaan.
Bahkan, menurut United Nation Education Scientific and Cultural Organization atau UNESCO, Kota Tua merefleksikan percampuran antara Eropa, Cina, Moorish, dan tradisi arsitektural lokal.
"Warisan budaya bukan hanya konsep masa lalu, tetapi memiliki peran penting setiap harinya. Warisan ini juga merupakan instrumen yang menegaskan generasi masa depan," ujar Head of Social and Human Science UNESCO Jakarta, Irakli Khodeli, Jumat (13/11/2015).
Khodeli menuturkan, sepanjang perjalanan, banyak faktor yang merusak bangunan gedung, mulai dari bencana alam hingga peperangan.
Untuk menjaganya, perlu dilakukan rerservasi dan restorasi bangunan dengan melibatkan komunitas-komunitas setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, UNESCO meluncurkan beberapa program "Indonesia Funds-In-Trust".
Baru-baru ini, dua gedung yang mendapat bantuan program tersebut adalah Kafe Historia dan Kedai Seni Djakarte.
Tujuan utama bantuan ini adalah pemugaran dan perbaikan kuda-kuda baja pada atap yang rusak dan perbaikan dinding bata yang rapuh. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin kekokohan dan perpanjangan umur bangunan.
Selain itu, pemugaran ini juga bertujuan untuk memperbaiki tampak bangunan agar utuh dan sesuai dengan kondisi aslinya.
Pekerjaan perbaikan Kafe Historia dan Kedai Seni Djakarte menjadi proyek percontohan pemugaran bangunan cagar budaya oleh UNESCO Jakarta yang merupakan bagian dari program Revitalisasi Kota Tua.