Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembilan Arsitek Bangun Sekolah Anti Gempa di Thailand

Kompas.com - 05/11/2015, 14:33 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

Sumber Dezeen

KOMPAS.com - Sebuah bangunan mestinya dirancang tahan dari segala macam bencana alam, khususnya gempa bumi. Tujuan itu yang hendak direalisasikan oleh Jun Sekino.

Arsitek asal Thailand ini, mencoba membangun kembali sebuah sekolah setelah hancur terkena gempa dua tahun lalu. Gempa bumi sempat terjadi di Provinsi Chiang Rai pada Mei 2014 dan meluluhlantahkan 73 bangunan, serta lebih dari 2.000 pelajar putus sekolah.

Sebuah program amal bertajuk Design for Disasters (D4D) lantas dibuat untuk membangun sembilan sekolah tahan gempa di area-area paling rentan dan parah terkena dampaknya.

Jun Sekino adalah satu dari sembilan arsitek Thailand yang diminta berpartisipasi dalam progran tersebut. Ia dan studio arsitektur miliknya menangani Sekolah Baan Nhong Bua.

Kini, siswa-siswi sekolah tersebut yang berusia antara lima sampai 10 tahun belajar dalam struktur darurat.

"Bangunan-bangunan sekolah yang hancur tersebut terdiri dari standar dan pola sama dengan sekolah-sekolah lainnya di Thailand. Pola dan bangunan tersebut sama sekali tak sanggup menahan bencana alam yang datang," jelas Jun.

Atas dasar itu, banyak siswa dan siswi yang memohon untuk belajar di sebuah paviliun sementara yang sama sekali tidak cocok dijadikan sebagai tempat belajar.

Jun akhirnya memilih kerangka baja sebagai material dasar. Selain itu, sekolah juga dibuat layaknya rumah panggung yang berada tinggi di atas tanah untuk menghindari risiko banjir.

Meski berbahan dasar baja, kerangka bangunan sekolah sengaja dibuat lentur untuk memberikan tingkat fleksibitas. Hal ini mampu membantu menyerap getaran ketika gempa terjadi lagi.

Bangunan sekolah dasar ini dilengkapi beranda luas yang sebagian dilindungi oleh atap menggantung dan layar bambu. Area itu digunakan siswa dan guru untuk melepas dan menyimpan sepatu sebelum memasuki bangunan utama.

Para arsitek memilih bahan material murah. Mereka menggunakan terpal plastik bergelombang untuk jendela dan pemisah ruang serta papan semen untuk dinding dan rak.

Dua pasang ruang kelas diatur di kedua sisi koridor yang membagi bangunan menjadi dua. Satu strip terpal plastik bergelombang dimasukkan di bawah atap miring guna membantu pencahayaan natural masuk ke dalam kelas.

"Bangunan ini dirancang untuk menyesuaikan iklim dan cuaca, sehingga sirkulasi udara dan penetrasi cahaya alami masuk ke dalam bangunan," ujar studio.

Bambu-bambu dan partisi terpal plastik bergelombang yang ditempelkan pada struktur baja di ruangan-ruangan menjadikan sekolah dasar ini memiliki potensi untuk dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan di masa depan.

"Konsep yang paling signifikan adalah desain yang dapat dikembangkan oleh siswa dan guru. Dalam tahun-tahun mendatang, para pengguna akan dapat menyesuaikan fungsi sesuai dengan keinginan mereka sendiri," jelas Jun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Dezeen
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com