"Saya mengumpulkan semua pelaksana jasa konstruksi, kepala balai, satuan kerja (satuan kerja). Kami sepakat untuk melaksanakan dan mengerjakan K3 paling tidak pada 2016, di lingkungan PUPR," ujar Basuki di Balai Pelatihan Konstruksi dan Peralatan, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Dia menjelaskan, beberapa saat yang lalu sempat mengunjungi proyek pengendalian banjir di tengah kota Padang, Sumatera Barat. Basuki mengaku kecewa karena pekerjaannya berantakan dan mengakibatkan jalan tertutup.
Efek selanjutnya karena jalan tertutup ini, kemacetan pun tidak bisa dihindari. Aktivitas kota ikut terganggu. Hal ini membuktikan bahwa K3 belum dilaksanakan dengan baik.
"Kita harus sadar betul dengan lingkungan. Proyek sampai menutup jalan di tengah kota itu berarti lingkungannya tidak diperhatikan," jelas Basuki.
Sementara di Jakarta, lanjut dia, ada contoh proyek yang baik karena sudah menerapkan K3 sesuai standar. Proyek tersebut adalah proyek kerjasama dengan Jepang, yakni pengerjaan sudetan Ciliwung dan mass rapid transit (MRT).
Menurut Basuki, pekerja Indonesia tidak perlu malu mencontoh proyek tersebut meski hasil kerjasama dengan Jepang. Lagipula, kata dia, pelaksananya pun dari Indonesia dan penyedia jasanya sama meski perusahaannya merupakan gabungan dengan Jepang.
Namun begitu, Basuki menekankan, bukan berarti Jepang lebih disiplin dari Indonesia. Pengerjaan dua proyek ini baik karena diawasi langsung dari Tokyo.
"Kuncinya itu di pengawasan. Karena orang cenderung ingin melanggar di manapun itu. Di Amerika juga seperti itu. Maka, pengawasan harus dilakukan dengan konsisten," tegas Basuki.