Bukan tanpa alasan Ferry mengungkapkan prediksinya. Perlambatan bisnis properti yang sudah terjadi sejak semester II-2014 akan terus berlanjut sampai kondisi ekonomi kembali pulih. Masalahnya, pulihnya kondisi ekonomi tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Terlebih Bank Dunia telah memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 menjadi 4,7 persen saja dari sebelumnya 5,2 persen. Padahal kelangsungan bisnis properti sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi.
Pun saat Rupiah sempat menguat ke angka Rp 14.200 per 1 dollar AS, tidak akan serta merta mengembalikan gairah bisnis properti. Dampaknya masih terbatas, dan hanya sesaat. Belum bisa dijadikan patokan para pelaku pasar properti untuk meresponsnya dalam sebuah eksekusi transaksi.
Kendati pemerintah telah mengeluarkan deregulasi dalam bentuk Paket Ekonomi II, sektor properti belum akan menemukan momentumnya kembali. Akibatnya beberapa sub-sektor mengalami keterpurukan, untuk tidak dikatakan bernasib buruk.