Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Apartemen tak Selalu Menyisakan Lahan Terbuka Hijau

Kompas.com - 17/09/2015, 05:00 WIB
Nathania Hapsari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep hunian vertikal pada awalnya muncul di Amerika Serikat sebagai ide untuk mengonversi bangunan industri menjadi tempat tinggal. Di Indonesia, konsep hunian vertikal diterjemahkan dalam bentuk apartemen dan rumah susun.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Jakarta, beberapa orang yang tidak lagi menemukan lahan untuk membangun hunian pun mulai beralih untuk membeli apartemen atau rumah susun, dibandingkan harus membangun atau membeli rumah tapak.

Menurut data Colliers International Indonesia, hingga pertengahan 2015 ini setidaknya ada 50 apartemen baru di Jakarta. Selain lebih menghemat lahan, ternyata masih ada faktor lain yang mendorong pengembang, bahkan arsitek, untuk mengutamakan pembangunan hunian vertikal di Jakarta.

Arsitek pimpinan Atelier Cosmas Gozali, dan anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Cosmas Gozali, juga setuju dengan banyaknya efek positif dari maraknya pembangunan hunian vertikal di Indonesia. Pada hunian horizontal, besar kemungkinan akan ada banyak lahan yang tidak terkontrol. Dalam artian, ketika seseorang membangun rumah tapak seluas 200 meter persegi, ada kemungkinan kelak ia akan memperluas huniannya dengan membeli kavling di sekitarnya.

"Saat ini kasus yang paling sering terjadi adalah bertambahnya Koefisien Dasar Bangunan yang harusnya hanya 60%, perlahan men jadi 90%. Dalam konsep hunian vertikal, setiap orang sudah dipeta-petakan untuk memiliki unit hunian dalam luasan yang jelas dan tidak akan berubah,” jelas Cosmas saat ditemui di kantornya di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (16/9/2015).

Cosmas juga menuturkan, secara teori bila konsep hunian vertikal mampu menghemat banyak lahan, maka sisa lahan tersebut dapat dirancang atau dikembangkan menjadi area publik yang bermanfaat, contohnya sebagai lahan terbuka hijau. Namun pada praktiknya, sisa lahan yang ada justru lebih banyak difungsikan sebagai area komersial yang dirasa lebih menguntungkan bagi pihak pengembang.

Keputusan Gubernur DKI Jakarta untuk memperbanyak dan mempertahankan lahan terbuka hijau sudah sangat bagus. Namun sayangnya lagi-lagi pihak yang memiliki lahan dan proyek lebih mengutamakan keuntungan saja.

"Sisa lahan dari hunian vertikal justru dimanfaatkan untuk kepentingan komersial. Bahkan bila apartemen dibangun di bantaran sungai, lahan tersebut bisa dikomersialkan juga meskipun sudah ada aturan yang melarang,” papar Cosmas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com