JAKARTA, KOMPAS.com - Apartemen merupakan salah satu instrumen investasi yang mendatangkan keuntungan menjanjikan. Permintaannya demikian tinggi, bahkan menurut riset Cushman and Wakefield Indonesia, tingkat serapan mencapai di atas 80 persen, dari total pasokan kumulatif 185.181 unit.
Namun, bagaimana tingkat serapan saat ekonomi melemah?
Riset Lamudi menunjukkan, ternyata masih banyak orang Indonesia yang mencari alternatif investasi sehubungan dengan kondisi ekonomi negara ini yang sedang dalam masa sulit seperti inflasi dan peningkatan nilai tukar dollar AS.
Managing Director Lamudi Indonesia Steven Ghoos mengatakan, meskipun tantangan ekonomi semakin besar, namun orang masih tetap mencari cara untuk berinvestasi dan hunian vertikal seperti apartemen juga kondominium menjadi lebih populer.
"Karena jenis properti itu memiliki potensi besar untuk memberikan keuntungan," ujar Ghoos dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (7/9/2015).
Seperti instrumen investasi properti lain, lokasi merupakan salah satu pertimbangan utama yang menentukan nilai investasi. Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi di sub-sektor apartemen ada baiknya mempertimbangkan tiga faktor ini:
Segitiga emas atau central business district (CBD) Jakarta meliputi kawasan bisnis terkemuka termasuk Sudirman, Kuningan dan Thamrin. Area bermukim di sekitar CBD ini menawarkan kenyamanan bagi para profesional, karena mereka tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam ketika akan berangkat atau pulang kerja.
Cipinang, Jakarta Timur, adalah salah satu wilayah yang ditargetkan untuk pengembangan hunian vertikal dengan nilai jual utamanya adalah kemudahan akses ke pusat bisnis melalui Kampung Melayu-Tanah Abang.
Apartemen di kawasan ini dipasarkan mulai dari Rp 400 juta per unit. Namun, bagi yang memilih untuk tinggal lebih dekat dengan CBD Sudirman, merekacalon konsumen dapat bergeser ke arah Bendungan Hilir dengan tawaran lokasi yang lebih strategis.
Apartemen yang berada di dekat jalan tol dalam kota atau lingkar luar Jakarta, stasiun kereta api commuter line, dan halte bus Trans-Jakarta sangat potensial mendatangkan keuntungan lebih besar.
Kawasan Pulogebang, Klender, Kalibata, Daan Mogot, dan Tebet, misalnya, adalah daerah yang paling dicari untuk apartemen yang memiliki fitur dekat dengan stasiun kereta api commuter line. Harga apartemen di sini rerata mencapai Rp 29 juta per meter persegi, dan harga sewa tahunan sekitar Rp 400.000 – Rp 500.000 per meter persegi.
Tidak diragukan lagi bahwa setiap daerah pemukiman perlu memiliki sekolah dan rumah sakit. Bangunan apartemen di Depok, Bekasi, Serpong, dan Tangerang misalnya. Apartemen-apartemen di kawasan ini dekat dengan universitas, rumah sakit serta pusat perbelanja sebagai nilai jualnya.