Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ongkos Studi Pengembangan Pesisir Jakarta Senilai Rp 218 Miliar

Kompas.com - 03/09/2015, 18:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sepakat bekerjasama dengan Pemerintah Belanda, dan Korea Selatan mengerjakan Program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).

Kerjasama ditandai dengan penandatanganan surat resmi bisnis atau letter of intent (LOI) oleh Minister Plenipotentiary Embassy of The Kingdom of The Netherlands, Ferdinand Lahnstein dan Vice President of Korea International Cooperation Agency (KOICA) Choi Sung Ho. Penandatanganan ini merupakan bentuk kesepakatan untuk melakukan pengkajian tanggul laut. 

"Ini adalah satu langkah maju untuk menyelesaikan pengkajian atas program NCICD. Langkahnya antara lain mengkaji material-material program ini," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, usai menyaksikan penandatanganan LOI antara Belanda dan Korea di Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (3/9/2015).

Saat ini, kata Basuki, pembangunan NCICD masih pada fase A. Sementara pengkajian adalah survei untuk fase B dan C. Pengkajian tersebut akan membantu keputusan pemerintah bagaimana kelanjutan NCICD mendatang.

Senada dengan Basuki, Deputi Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian Luky Eko Wuryanto mengatakan, penandatanganan tersebut merupakan simbolisasi bantuan Belanda dan Korea Selatan untuk Indonesia. Pengkajian NCICD ini dilakukan di bawah Kementerian PUPR.

"Pihak Korea Selatan menghibahkan dana yang digunakan untuk survei dan studi terkait arus bawah laut dan struktur tanah. Selama ini datanya tidak aktual (update)," kata Luky seraya menambahkan, studi ini memanfaatkan teknologi yang dikembangkan Korea Selatan.

Sementara Belanda, mengerahkan bantuan keahlian untuk menganalisa data yang diperoleh. Data tersebut akan digunakan untuk perencanaan. Nilai studi yang dilakukan keduanya adalah Rp 218 miliar, masing-masing Korea Selatan berkisar 9,5 juta dollar AS (Rp 133 miliar) dan Belanda 8 juta Euro-9 juta Euro (Rp 85 miliar).


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com