Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moratorium Gagal Bendung Penambahan Hotel Baru di Bali

Kompas.com - 26/08/2015, 13:19 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Kebijakan moratorium izin pembangunan hotel yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada 2011 lalu, gagal mencegah pertumbuhan hotel-hotel baru. Terutama di kawasan Bali bagian Selatan.

Menurut riset Colliers International Indonesia, kebijakan moratorium tersebut mengalami penolakan di tataran pelaksanaan alias di tingkat kabupaten/kota yang memiliki kewenangan langsung untuk memberikan izin pembangunan hotel.

"Bahkan, hingga akhir 2018 mendatang, jumlah kamar membengkak menjadi 42.154 unit. Sementara sampai akhir tahun ini saja, jumlah kamar akan sebanyak 39.605 unit," tutur Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, pada Selasa (25/8/2015).

Padahal, kinerja hotel di Bali saat ini mirip dengan Jakarta yaitu mengalami penurunan tingkat hunian menjadi 57,4 persen dari sebelumnya 68,2 persen pada akhir 2014. Demikian halnya dengan tarif rerata harian atau average daily rate (ADR) yang merosot menjadi 128,38 dollar AS dari sebelumnya 134,43 dollar AS.

Pembangunan hotel baru tersebut, kata Ferry, tak terbendung, seiring popularitas Bali yang tetap menjadi destinasi wisata favorit di Indonesia, baik untuk tamu domestik maupun wisatawan asing.

Hal itu terlihat dari jumlah kunjungan melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (NRIA) sebagai ketiga terbaik di dunia dalam kategori layanan bandara sebanyak 15 juta hingga 25 juta orang per tahun. Sebelumnya, NRIA berada di posisi ketujuh.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Ferry menjelaskan, Bali juga masih sangat diminati warga Australia. Pada akhir 2014, jumlah wisatawan asal negeri ini yang berkunjung ke Pulau Dewata, mencapai lebih dari 900.000 orang, dan itu terus meningkat setiap tahun.

Eksekusi kelompok "Bali Nine" yang sempat meningkatkan ketegangan antara pemerintah Indonesia dan Australia memang berdampak pada sektor pariwisata. Pada akhir Mei, kedatangan langsung turis Australia ke Bali menyusut 0,33 persen secara bulanan, dan 4,03 secara tahunan menjadi 76.589 tamu. Namun fenomena ini tak berlangsung lama, jumlah kunjungan terus menunjukkan tren meningkat.

Selain jumlah kunjungan wisatawan Australia, Bali juga menjadi destinasi paling beken di mata turis Tiongkok. Sejak 2005, jumlah pelancong Negeri Tirai Bambu ini terus menunjukkan kurva menanjak. Bahkan, saat ini sebesar 19,28 persen dari total wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. 

"Dukungan maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, yang membuka rute langsung dari dan Guangzhou ke Denpasar, ikut mendorong pertumbuhan tersebut," imbuh Ferry.

Diminati 5 negara

Adapun lima negara teratas kontributor tertinggi kunjungan ke Bali adalah Australia, Tiongkok, Jepang, Malaysia dan Korea Selatan. Secara geografis, negara-negara Asia Pasifik tersebut dekat dengan Bali. Ketersediaan penerbangan internasional dari dan ke bandara NRIA juga ikut memengaruhi jumlah kunjungan tersebut.  

Selain lima negara ini, terdapat pasar potensial lainnya yakni Hongkong, India, Selandia Baru, Kanada dan Filipina. 

Sejak tahun 2005, jumlah kunjungan ke Bali tercatat lebih dari 20 persen dari total pengunjung asing ke Indonesia. Baru-baru ini, jumlah turis asing ke Bali bahkan melonjak menjadi 40 persen dari total pengunjung ke Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com