Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga Tanah di Jakarta dan Asia Melambat

Kompas.com - 26/08/2015, 06:44 WIB
Arimbi Ramadhiani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kenaikan harga tanah untuk pengembangan properti premiun di Asia melambat. Menurut laporan terbaru Knightfrank, pertumbuhan harga tanah hanya 1,1 persen pada semester pertama tahun 2015.

Angka ini turun 3 persen dalam enam bulan sebelumnya. Namun, meski pembangunan perumahan premium melambat, harga tanah untuk kantor premium justru meningkat 3,6 persen, naik dari sebelumnya 2,5 persen.

Apa yang menyebabkan penurunan tersebut? Kendati investasi asing yang mendorong kinerja di sektor perumahan masih berlangsung, tetapi, pertumbuhan yang melambat pada kuartal kedua, menunjukkan bahwa harga mulai memuncak dan momentumnya cenderung moderat pada semester kedua tahun ini.

Di antara pasar Asia, yang paling terkena dampak adalah Tiongkok. Penjualan tanah anjlok 54,8 persen. Ini terjadi ketika pemerintah daerah di negara ini mengurangi pasokan tanah dan menetapkan harga tinggi. Pendekatan strategis ini dimanfaatkan oleh Tiongkok sebagai sumber utama pendapatan.

Akibat pendekatan ini, para pengembang pun terpengaruh. Pada akhirnya, pengembang di Tiongkok menghadapi pukulan ganda, yaitu dari harga tanah yang tinggi dan melemahnya penjualan.

Tantangan seperti jatuhnya pasar saham baru-baru ini, mencegah kemampuan pengembang untuk menaikkan modal yang mereka butuhkan karena pembatasan. Dengan demikian, lebih banyak pengembang bermitra dengan perusahaan-perusahaan lain untuk menyatukan sumber daya keuangan dan mengejar strategi aset ringan.

Negara atau kota lain yang juga terpengaruh adalah Bangkok, Jakarta, Tokyo dan bahkan di Mumbai. Situasi di kota-kota tersebut mirip, yaitu adanya perlambatan dalam pergerakan indeks harga. Perlambatan ekonomi telah memengaruhi baik bisnis dan kepercayaan konsumen. Sementara pembelian tanah oleh investor di wilayah tersebut secara keseluruhan juga melambat.

Di Jakarta khususnya, pemerintah tidak memiliki ruang untuk bermanuver. Hal tersebut terlihat dari pengeluaran fiskal untuk infrastruktur yang tampak akan terhambat oleh kurangnya penerimaan pajak secara signifikan. Sementara kebijakan moneter dibatasi oleh peningkatan inflasi dan defisit transaksi yang berjalan.

Pasar perumahan semakin terpengaruh oleh kenaikan pajak barang mewah yang diusulkan. Tanah komersial, di sisi lain, masih menikmati pertumbuhan harga yang sehat. Ke depan, meskipun mungkin mudah goyah, harga tanah di lokasi premium diharapkan bisa tetap bertahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com