Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancang "Kopi Tumpah" Berbagi Cara Agar Desain tak Gampang Ditiru

Kompas.com - 07/08/2015, 17:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan yang bergerak di sektor industri kreatif asal Surabaya, Maindesign, terus menciptakan karya baru. Namun begitu, Deddi Hartanto, pemiliknya, mengatakan tidak ingin muluk-muluk dalam melansir desain, dan produk berbahan dasar rotan.

Dia menuturkan, lebih senang mencari desain yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Deddi mengaku, banyak pengusaha yang menemuinya untuk memesan karyanya. Akan tetapi, dia tidak serta merta menyanggupi pesanan tersebut.

"Banyak pengusaha mebel yang memesan, tapi saya hati-hati. Saya takut, orang pesan banyak dan saya belum siap," ujar Deddi kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2015).

Alasan Deddi tidak langsung menyanggupi pesanan banyak adalah karena belum memiliki strategi khusus. Tenaga kerja atau pengrajin pun, jumlahnya tidak cukup memadai. Saat ini, Deddi hanya mempekerjakan sebanyak lima orang, yang terdiri dari empat orang pengrajin dan satu orang tenaga konstruksi yang mengerjakan material aluminium.

Selain lima orang ini, Deddi juga mempekerjakan beberapa orang untuk membantu. Para pembantu inilah yang dia harapkan bisa menjadi pengrajin atau tenaga konstruksi mandiri pada masa yang akan datang.

ideaonline Desain furnitur rotan berbentuk

Namun, kata dia, tentu membutuhkan waktu supaya para pekerjanya bsia mempelajari cara membuat kursi dari rotan tersebut. Deddi juga menyebutkan, ada perusahaan asal Bali yang memesan dalam jumlah banyak. Selain karena belum siap, dia khawatir karyanya ditiru.

"Saya takut setelah dibawa, barang saya dibongkar di sana. Setelah dibongkar, dibuat ulang (dan dijual kembali)," kata Deddi.

Dedi tidak menampik keinginan untuk masuk ke arah industri, dan karyanya dikenal banyak orang. Meski demikian, dia tidak ingin saat masuk ranah industri, produknya malah jadi tidak berkembang.

Deddi menyebutkan tetap ingin menggali nilai-nilai lokal Tanah Air, misalnya Tapanuli, Sumatera Utara, dan Gorontalo. Jika tetap berpegang pada industri kreatif, ia bebas mengganti dan tidak membatasi jenis desain. Pasalnya, Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya.

Dengan mengganti desain, pengrajin tidak kehilangan kreativitasnya. Hal ini terjadi pada para pengrajin di Jepara, Jawa Tengah. Mereka terlalu terpaku pada satu model atau contoh. Dengan demikian, desainnya tidak banyak berkembang. Padahal, dengan mengembangkan desain, menurut Deddi, bisa menjadi pencegahan supaya karya seseorang tidak ditiru.

"Saya buat edisi ini hanya 20 buah. Selesai itu, saya tutup. Saya akan buat lagi desain yang lain. Maindesign kan creative property. Kalau ada yang mau pakai desain sebelumnya, silakan saja," tandas Deddi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com