Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sulsel, Harga Rumah Turun

Kompas.com - 30/06/2015, 16:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Ini fenomena luar biasa yang terjadi dalam bisnis dan industri properti. Bila pada dua tahun lalu setiap Senin, harga naik, kini justru terbalik. Harga rumah tipe menengah dan atas turun 10 persen hingga 15 persen.

Ketua DPD REI Sulawesi Selatan, Raymond Arfandy, menggambarkan fenomena aktual yang terjadi di Sulawesi Selatan, kepada Kompas.com, Selasa (20/6/2015). 

Menurut Raymond, turunnya harga rumah tersebut sudah berlangsung sejak tiga bulan silam. Bahkan, di beberapa kawasan dalam area pengembangan Maminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar), terjadi perang harga.

"Para pengembang mulai berani banting harga demi menarik pembeli. Mereka terpaksa melakukan itu, karena sepi pembeli. Sementara di sisi lain, mereka harus mempertahankan arus kas (cashflow)," ungkap Raymond.

Dia menjelaskan, fenomena banting harga, adalah strategi terakhir yang ditempuh para pengembang. Sebelumnya mereka menjalankan berbagai strategi mulai dari bebas uang muka, bonus perlengkapan rumah tangga, bebas biaya pengurusan BPHTB, bebas biaya provisi KPR dan lain-lain.

Namun, kata Raymond, strategi tersebut menemui kegagalan. Pembeli tetap sepi. Penjualan terus merosot drastis. Para pengembang pun kemudian dikejar-kejar kewajiban harus membayar kontraktor, pemasok material bangunan, dan juga karyawan.

"Ini adalah akumulasi dari kebijakan pemerintah yang memberlakukan pengetatan kredit melalui loan to value (LTV) September 2013 lalu, dan pembatasan kredit inden. Selain itu, sepinya pembeli juga karena ekonomi memang sedang lesu," beber Raymond.

Dalam catatan Raymond, ada sepuluh pengembang yang melakukan praktik banting harga. Mereka saat ini tengah memasarkan rumah tipe menengah atau komersial yakni 36/90, 45/90, 54/102, 60/120 dengan kisaran harga Rp 450 juta hingga Rp 1,5 miliar. 

"Harga tersebut diturunkan menjadi Rp 405 juta hingga Rp 1,25 miliar," buka Raymond.

Sementara harga rumah di Yogyakarta sudah enam bulan tak mengalami peningkatan. Menurut Ketua DPD REI Yogyakarta Remigius Edi Waluyo, sejak awal tahun 2015, harga rumah tipe menengah atas tak menunjukkan pergerakan.

"Boleh dikatakan stabil hahaha," kata Edi berseloroh.

"Stabilitas" harga rumah di Yogyakarta ini dipicu turunnya penjualan sekitar lima persen hingga sepuluh persen. Akibatnya, banyak pengembang yang membatasi produksi. 

Faktor lainnya yang memengaruhi lesunya produksi properti adalah harga lahan yang sudah terlalu tinggi. Untuk rumah tipe kecil atau RSH, harga lahan tembus Rp 500.000 meter persegi. Sedangkan rumah menengah dan atas sekitar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per meter persegi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com