Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Faktor Pendorong Perlunya Berinvestasi di Batam

Kompas.com - 22/06/2015, 20:36 WIB
Latief

Penulis

BATAM, KOMPAS.com - Datangnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada Desember 2015 nanti akan Batam sebagai pintu gerbang Indonesia. MEA akan menjadi pasar global ASEAN yang akan sangat menguntungkan kawasan ini.

Disebut menguntungkan, karena Batam berbatasan langsung dengan Negara tetangga ASEAN. Dengan Singapura misalnya, hanya berjarak 20 kilometer. Bisa dibayangkan, kenaikan harga tanah atau capital gain, juga investment yield atau penghasilan sewa akan meledak seiring datangnya pekerja Singapura dan Malaysia di sini (Batam).

Faktor pendorongnya sangat jelas. Saat ini saja, tercatat pekerja asing di Batam mencapai 6.000 orang. Jika menyentuh angka 10.000-20.000 pekerja asing itu bekerja di kota ini, mereka akan menyerbu kawasan-kawasan dan strategis untuk hunian yang dikembangkan oleh developer.

"Harga rumah tapak lebih terjangkau dibandingkan di Jakarta. Kenapa lebih murah, karena Batam adalah kawasan Free Trade Zone sehingga tak ada PPN dan PPNBM," ujar Tedi Guswana, Marketing Manager Orchad Park Batam, Minggu (7/6/2015).

Tak heran, menurut dia, harga hunian di Batam bisa tiga kali lipatnya kalau dibandingkan kawasan elit di Jakarta, misalnya Tanjung Duren, Kelapa Gading, Kemang, atau PIK. Menurutnya, pertimbangan harga merupakan satu dari empat faktor orang perlu berinvestasi di Batam saat ini.

"Pertama, lebih murah karena ini kawasan kawasan perdagangan bebas, jadi tanpa PPN dan PPNBM," ujar Tedi.

Kedua, keuntungan sewa yang lebih tinggi karena AFTA atau ASEAN Free Trade Area telah ditetapkan bulan Desember tahun ini. Pasar bebas ASEAN itu sudah memberikan efek positif. Selama 2014 saja, lanjut dia, ada 55 penanaman modal asing (PMA) baru menanamkan modalnya dengan total investasi 156,5 juta dollar atau senilai Rp 1,9 triliun.

"Semakin banyak PMA tentunya tenaga ahli asing akan membanjiri Batam, dan sudah pasti mereka memilih hunian dengan standar mereka," kata Tedi.

Ketiga, kedekatan jarak Batam dengan Singapura. Dorongan investasi di Batam memang tak lepas dari kedekatan jarak tersebut. Batam dan Singapura hanya terpisah laut sepanjang 25km.

"Ya, seperti dari Kelapa Gading ke Kemang, tapi di sini kan memakan waktu lebih cepat, hanya di bawah satu jam dengan ferry. Kalau Jakarta bisa, jarak Kelapa Gading-Kemang bisa lebih dua jam lebih," ujarnya. 

Sementara itu, faktor keempat yang perlu dipertimbangkan adalah potensi kenaikan nilai properti. Tedi mengatakan, waktu paling tepat membeli hunian adalah di masa early bird dan masa pembangunan.

"Karena harga properti setelah bangunan jadi akan meningkat hingga 30 persen," ujarnya.

Terbukti, lanjut Tedi, harga tanah dan harga properti di sekitar Orchard Park Batam, langsung melonjak signifikan begitu proyek dibangun. Dia mengatakan, di saat harga properti di Jakarta sudah jenuh dan stagnan akibat sudah terlampau tinggi, di Batam justeru akan melambung. 

"Potensi kenaikan nilai propertinya jauh lebih tinggi. Pembeli akan punya dua keuntungan ganda, yaitu datangnya MEA dan hidup dekat dengan gerbang Singapura," katanya.

Tedi menambahkan, Batam adalah pulau terdekat Indonesia dengan dunia global. Jika konsumen tidak mau menghuni sekarang, tidak perlu khawatir, karena ada secondary marketing team yang bisa menyewakan unit mereka.

"Jangan lupa, pangsa pasar sewanya adalah ekspatriat sehingga nilai sewanya setiap tahun bisa mencapai 10 persen," kata Tedi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Orchard Park Batam adalah kawasan mixed used seluas 42 hektar. Proyek yang dikembangkan oleh Agung Podomoro Land itu terdiri dari 1.200 hunian landed, sekitar 140 unit Orchard Walk atau shop house, Orchard Arcadia atau mal dan kuliner, serta 100 unit apartemen.

Dengan desain modern tropis yang dianggap cocok untuk iklim Batam, lanjut Tedi, 1.200 unit hunian tersebut tersebar di enam klaster Orchard Park Batam. Keenam klaster itu meliputi Cluster Vitis, Cluster Carica, Cluster Citrus, Cluster Persea, Cluster Durio, dan satu klaster yangs sedang dalam pembangunan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com