Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung dan Singapura dalam Perspektif Ridwan Kamil

Kompas.com - 15/06/2015, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - "Saya adalah bukti nyata manfaat pertukaran internasional seperti Singapore International Foundation (SIF)-ASEAN fellowship, dan saya melihatnya sebagai investasi jangka panjang yang menguntungkan hubungan lintas-budaya lewat pemberdayaan generasi muda pemimpin masa depan".

Demikian Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil berbagi pengalaman dalam sesi Insight from The Inside, Dialog SIF Connects! Bandung yang diprakarsai Singapore International Foundation, pada Sabtu (13/6/2015).

Manajer kota yang akrab disapa Emil, ini ternyata telah menjalin hubungan erat dengan Singapura sejak lebih dari 20 tahun silam. Pada 1994, penyandang gelar master dalam Urban Design dari Universitas California, Berkeley, terpilih mendapatkan beasiswa pelajar dari SIF-ASEAN untuk belajar di National University of Singapore (NUS).

Pembelajaran Emil di NUS tak hanya dari kegiatan akademis tentang kebijakan-kebijakan, dan strategi serta cara hidup di Singapura, juga belajar tentang desain perkotaan yang sistematis, terorganisasi dengan baik serta penggunaan teknologi inovatif.

Emil kemudian tercatat sebagai arsitek Indonesia yang terlibat dalam proyek-proyek pembangunan perkotaan di Singapura. Yang terbesar adalah master plan Marina Bay Waterfront, dan pembangunan JTC Corporation's Biopolis di Punggol.

Pembelajaran di Negeri Singa itu kemudian ikut berkontribusi dalam mematangkan pengalaman profesional, karir politik, dan memperluas perspektifnya dalam menata dan mengelola kota Bandung dengan kompleksitas masalah yang multidimensional.

Singapura dengan taman dan jalur pedestrian yang dirancang baik serta perkembangan arsitekturnya yang inovatif seperti Esplanade dan Gardens By The Bay, memberikan Emil sebuah referensi komprehensif untuk membangun kota modern dan layak huni.

"Itu adalah misi saya sebagai Wali Kota Bandung sekarang," cetus Emil.

Emil mengakui, menjadikan Bandung sebagai kota modern dan layak huni memang tidak mudah. Namun, sebagai kota terbesar ketiga dengan 60 persen populasinya berumur di bawah 40 tahun alias usia produktif, menjadikan Bandung sangat potensial menjalani transformasi untuk lebih progresif.

Karena itulah, dia kemudian rajin melakukan kampanye menanamkan pola pikir progresif dengan serangkaian inisiatif bersifat meningkatkan kualitas hidup warganya. Inisiatif-inisiatif tersebut antara lain "Hari Bus Gratis" untuk tujuan mempromosikan penggunaan transportasi umum dan mengurangi kendaraan pribadi.

kompasiana Ilustrasi. Bandung kembali berbunga.
Ada juga inisiatif "Hari bebas Rokok", yang mendorong masyarakat agar tidak merokok satu hari dalam seminggu,  "Rebo Nyunda" untuk mendorong penggunaan bahasa lokal dan merayakan budaya serta adat istiadat Sunda, "English Day" untuk mendorong penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari, serta "Bike to Work Day", dan "Hari Festival Kuliner".

"Saya harus mengakui, inovasi yang saya bawa ke Bandung, salah satunya terinspirasi dari pengalaman selama di Singapura. Terutama di bidang pemerintahan, pembangunan perkotaan, dan pemanfaatan teknologi," imbuh Emil.

Dan relasi mutualisme Emil dengan Singapura pun terus berlanjut berupa komitmen investasi di bidang teknologi informasi serta jasa dalam skema business to business.

"Komitmen investasi sudah kami bicarakan antar-pemerintah. Tinggal ditindaklanjuti antara para pebisnis baik dari Singapura, maupun Bandung. Kami sendiri menargetkan realisasi investasi asing ke Bandung, termasuk dari Singapura, hingga akhir 2015 senilai Rp 1,5 triliun," ucap Emil.

"Scale and size"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com