Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imajinasi "Corpus Christi" dari Sampah Besi

Kompas.com - 03/06/2015, 11:01 WIB


KOMPAS.com
- Lewat konsep daur-ulang besi bekas menjadi sebuah karya seni, besi-besi bekas yang sudah tak terpakai menemukan kehidupannya kembali melalui imajinas seniman Teguh Ostenrik.

Teguh mencoba untuk tidak mendistorsi besi-besi bekas yang dipergunakannya sehingga bentuk asalnya masih dapat dikenali. Bahkan bentuk awal materi besi bekas yang dipakai justru terkadang mendikte wujud akhir karya itu sendiri.

Karya daur ulang besi Teguh dimulai dari seri "DeFACEment" (2007)-deformasi wajah, kemudian Linea Nigra (2010)–penghargaan atas kaum ibu yang sedang mengandung, dan terakhir Domus Sepiae (2014) yang dijadikan medium pertumbuhan terumbu karang di Senggigi Bay, Lombok.

Pada karya-karya terdahulunya, seringkali hasil akhirnya berupa deformasi bentuk yang bertumpu pada watak bahan rongsokan logam tak beraturan. Namun, dalam karya terbarunya "Corpus Christi", Teguh ditantang untuk menghadirkan imaji figurative dari bahan-bahan yang bentuk aslinya tetap dipertahankan.

TEGUH OSTENRIK Teguh Ostenrik tengah menyelesaikan patung Corpus Christi dari besi-besi bekas.


Teguh mengumpulkan 2 ton sampah besi dari 6 pengumpul besi di area Cilandak. Selain itu PT Alam Lestari Unggul, pendukung karya besi Teguh sejak seri Defacement juga menyumbangkan onderdil mesin-mesin pabriknya yang rusak dan tak berguna.

Hasilnya adalah wajah dan tubuh Corpus Christi yang terbentuk dari gir mesin, rantai sepeda, gembok rusak, rangka spring bed, knalpot, dan komponen-komponen bekas lainnya.

Dalam keterangan yang diterima Kompas.com, konsep Corpus Christi dari besi bekas hadir sebagai penghayatan atas penderitaan Yesus yang luar biasa saat di Jalan Salib. Tubuhnya dicambuk 512 kali sebelum disalib. Setiap cambukan pasti meninggalkan luka gores. Susunan potongan-potongan besi telah menghadirkannya kembali.

Pengajuan konsep ini diajukan pertama kali kepada Romo Kepala Gereja Santa Yohanes Maria Vianney, Romo Th.Aq.M. Rochadi Widagdo, Pr, yang kemudian diajukan untuk mendapat persetujuan lebih lanjut di Keuskupan Jakarta.

Konsep patung ini dinilai sesuai dengan konsep pembangunan gereja yang mencoba menghadirkan keagungan Tuhan melalui kesederhanaan. Susunan tubuh Corpus Christi, yang terdiri dari banyak kepingan logam menggambarkan aneka anggota umat beriman yang bersatu di dalam Kristus.

TEGUH OSTENRIK Teguh tengah menyelesaikan bagian patung Corpus Christi dari besi bekas.

Teguh menyusun potongan-potongan logam sembari mengikuti berbagai penemuan dan kemungkinan baru dari bentuk yang tertata, tahap demi tahap. Semuanya bergerak dalam ruang tak terduga hingga jadilah sosok wajah dan tubuh Corpus-sesuatu yang sangat dekat dan dikenali- namun dalam bentuknya yang dingin, asing, tak manusiawi, bahkan menyeramkan. Wujud Corpus menjadi sosok yang terbengkalai, ringsek berantakan, terbelah, dan runcing.

"Pemilihan materi berupa besi tua yang sama sekali tidak bertekstur ramah, keras, tajam, tidak utuh, dan terbuang adalah representasi yang sangat pas untuk mengekspresikan pesan tentang manusia," jelas Teguh.

Penggunaan besi penuh karat sebagai benda seni ini juga sebagai bentuk advokasi Teguh atas pelestarian lingkungan, penanggulangan limbah industri, konsep daur ulang pemanfaatan barang-barang berat bekas, serta penghargaan terhadap Bumi.

"Besi-besi bekas dan sampah-sampah itu dulunya mengabdi kepada kehidupan manusia. Apakah itu, stir mobil, gir sepeda, rantai sepeda, kulkas bekas atau apapun juga yang telah mengabdikan hidupnya kepada manusia, kemudian kita campakkan begitu saja. Saya berpikir go green menggunakan mereka, membuat mereka menjadi sesuatu yang luhur, itulah benang merahnya, apa yang telah dilakukan oleh Yesus, dan menjawab pertanyaan, 'Corpus Christi kenapa terbuat dari sampah?'" ujar Teguh.

Maka Teguh berargumentasi bahwa misalnya hari ini Yesus lahir kembali, Dia tidak akan lahir di Rumah Sakit tapi ia akan lahir di tempat pembuangan sampah di Bantar Gebang.

Demi menghayati penderitaan Yesus yang disalib, pembuatan patung dimulai saat perayaan Jumat Agung, 3 April 2015. Dibantu tim pekerja 4 orang, patung ini dibuat dalam kurun 5 minggu dan diharapkan sudah bisa terpasang sebelum Agustus 2015 di gereja yang beranggotakan 6.500 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com