Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Sektor Properti Kuncinya Ada di Jokowi

Kompas.com - 05/05/2015, 23:26 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepastian. Kata ini yang sejatinya sangat dibutuhkan para pelaku bisnis dan industri properti Tanah Air. Terutama, kepastian dalam menetapkan peraturan atau regulasi baru, pasti dalam menjamin, dan menciptakan iklim bisnis yang kondusif, serta pasti dalam keseriusan mengejar target percepatan pembangunan infrastruktur.

"Para pelaku bisnis dan industri properti butuh kepastian. Kuncinya ada di Presiden Joko Widodo (Jokowi), bagaimana kemudian mampu menciptakan iklim bisnis yang kondusif. Tidak mengombang-ambingkan pasar dalam ketidakpastian," tutur Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, menyoal aktualitas bisnis dan industri properti yang tengah mengalami perlambatan, kepada Kompas.com, Selasa (5/5/2015).

Menurut Ferry, bisnis dan industri properti Indonesia masih prospektif. Kendati penjualan beberapa pengembang yang menyasar segmen pasar menengah ke bawah justru anjlok. Prospektif karena masih ada peluang yakni kebutuhan hunian yang belum terpenuhi setiap tahun secara maksimal. 

"Selain itu, pemerintah telah mengalokasikan dana dan memulai pembangunan infrastruktur dasar dengan daya pengaruh luar biasa. Dimulai dengan penyelesaian Tol Trans-Jawa, pengembangan Tol Trans-Sumatera, dan juga Tol Trans-Kalimantan," tambah Ferry.

Pelaku usaha, kata Ferry, butuh kepastian percepatan infrastruktur, dan kepastian menerapkan regulasi baru seperti pengenaan perpajakan (PPN, PBB, NJOP, dan PPnBM) yang dapat menarik minat investor sehingga aksi ekspansinya terakomodasi.

Jadi, walaupun sektor properti secara umum lesu, namun investor asing masih akan melihat Indonesia sebagai peluang besar yang harus ditaklukkan. Indonesia, menurut Ferry, adalah kesempatan investor asing, dan juga lokal untuk mengambil alih properti-properti, dan lahan-lahan potensial untuk dikembangkan.

Saat ini, jika melihat tren ke depan, investor asing lebih tertarik mengakuisisi perkantoran, apartemen, fasilitas logistik, dan pergudangan modern. Jika pemerintah mampu menjadikan dua faktor utama tersebut di atas yakni infrastruktur dan kepastian regulasi, maka dana asing yang masuk pasar properti Indonesia akan lebih deras mengalir.

"Mencermati konstelasi saat ini, memang bagi pengembang adalah masa-masa sulit. Namun sebaliknya bagi investor merupakan peluang besar mendapatkan aset-aset bagus yang bakal melonjak harganya dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan," tandas Ferry.

Adalah investor asing berbasis di Singapura, Keppel Land, yang masih memandang Indonesia sebagai peluang positif, dengan ceruk pasar besar. Populasi sebanyak 250 juta dijadikan sebagai motivasi utama mereka dalam menggenjot investasinya.

"Indonesia, terutama Jakarta adalah big market. Besar dalam jumlah populasi, besar dalam daya beli, besar dalam pertumbuhan ekonomi. Kami fokus melakukan kondolidasi di Indonesia, terutama Jakarta," ungkap Presiden Direktur Keppel Land Indonesia, Sam Moon Thong.

Moon Thong melanjutkan, besarnya pasar properti Indonesia membuka peluang bagi perusahaannya untuk menanamkan investasi senilai Rp 2,6 triliun guna dimanfaatkan sebagai pengembangan baru.

Dana sebesar itu, dibutuhkan untuk mendanai proyek West Vista seluas 3 hektar, di Jl Lingkar Luar Barat, Duir Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.

Karena properti adalah investasi jangka menengah dan panjang, Keppel Land tidak mengharapkan keuntungan dalam waktu cepat. Saat ini, ucap Moon Thong, pasar memang sedang melambat, namun dia memandanganya justru merupakan momentum yang tepat untuk membangun.

"Kami membeli dan mengakuisisi lahan, membangunnya selama dua sampai tiga tahun, dan dalam masa lima tahun, kami akan mendulang penjualan sekaligus keuntungan. Karena di saat yang lain vakum, kami justru produktif membangun," tandas Moon Thong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com