Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Lesu, Laba Holcim Melorot Tajam

Kompas.com - 04/05/2015, 10:55 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melemahnya pasar semen Indonesia membuat pendapatan, dan laba kotor PT Holcim Indonesia Tbk (Holcim), merosot. Pendapatan turun 5 persen, menjadi Rp 2,25 triliun selama kuartal I 2015.

Kemerosotan disertai penurunan volume penjualan sebesar 7 persen, jika dibandingkan pencapaian periode yang sama pada tahun 2014 lalu. Sementara laba kotor tercatat hanya Rp 33 miliar, melorot drastis ketimbang tahun lalu yang mencapai Rp 323 miliar.

Seperti diketahui, pelemahan pasar semen didorong perlambatan pertumbuhan kebutuhan yang hanya tercatat sebesar 4 persen. Alhasil kebutuhan selama triwulan pertama hanya 13,9 juta ton, sementara periode yang sama tahun lalu masih bertengger di angka 14,3 juta ton.

Selain itu, penurunan harga sebesar Rp 3.000 per sak yang dilakukan perusahaan semen milik negara atas himbauan pemerintah, juga berdampak signifikan terhadap mekanisme harga pasar secara umum. Sayangnya, intervensi ini, dinilai telah gagal menstimulasi peningkatan permintaan.

Kegagalan tersebut dimungkinkan karena biaya-biaya operasional justru melonjak. Sebut saja  kenaikan biaya energi, tenaga kerja dan harga bahan baku secara umum, serta biaya-biaya peningkatan kapasitas dan penambahan fasilitas produksi.

Menurut Chief Financial Officer (CFO) PT Holcim Indonesia Tbk., Kent Carson, harga bahan baku lebih tinggi 30 persen, biaya tenaga kerja melonjak 27 persen, dan biaya listrik mengalami peningkatan secara terus menerus selama 2014 hingga lebih dari 60 persen.

"Kenaikan-kenaikan biaya tersebut menyebabkan laba kotor kami jatuh sebesar 23 persen dari sebelumnya Rp 689 miliar menjadi Rp 533 miliar," ungkap Carson dalam keterangan tertulis yang dikirim melalui surel kepada Kompas.com, Ahad (3/4/2015).

Carson juga menyebut, pelemahan pasar menjadi penyebab utama penurunan volume penjualan, serta tidak membuat biaya penjualan dan distribusi berubah. Sebaliknya, biaya umum dan administrasi justru semakin melambung dengan adanya pekerjaan pada proyek administratif.

"Peningkatan hutang untuk mendanai peralatan dan konstruksi proyek Tuban menyebabkan beban keuangan juga lebih tinggi, yaitu meningkat sebesar 23 persen menjadi Rp 100 miliar. Hal ini menjadikan laba kuartal pertama hanya Rp 33 miliar. Jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai dengan Rp 323 miliar," tambah Carson.

Tahun ini, secara umum, industri semen mengalami tantangan berat akibat lesunya ekonomi, serta kekosongan stimulus belanja fiskal yang sebelumnya diharapkan dapat menggenjot peningkatan infrastruktur.

Di sisi lain, kompetisi industri semen semakin ketat dengan hadirnya pemain-pemain baru yang telah menyebabkan kelebihan pasokan di pasar sementara biaya operasional dan produksi terus meningkat tajam.

Menanggapi kondisi ini, Carson mengungkapkan, Holcim telah mempertimbangkan langkah-langkah efektif untuk menurunkan pengeluaran tambahan dan meningkatkan produktivitas.

“Kami telah menginisiasi beberapa program tahun 2015 untuk merampingkan operasional kami, serta memastikan bahwa kami akan dapat beroperasi dengan lebih efisien disertai penurunan biaya agar dapat mempertahankan keuntungan dalam kondisi pasar yang melemah ini,” jelas Carson.

Efisiensi ini diharapkan dapat membantu dalam menghadapi persaingan. "Kami berharap sektor konstruksi akan dapat kembali bergairah sejalan dengan terealisasinya rencana
infrastruktur, bersama dengan proyek-proyek perumahan dan properti komersial yang
sangat dibutuhkan saat ini," tandas Carson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com