Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Air Minum Tembus Rp 10 Juta Per Pelanggan

Kompas.com - 21/04/2015, 12:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) Subekti menjelaskan bagaimana sistem penyediaan air minum (SPAM) bekerja di Indonesia.

Tahap pertama adalah perusahaan air minum memompa air dari sungai. Proses pemompaan ini dinamakan intake. Setelah dipompa, air dialirkan ke pabrik air yang berfungsi sebagai instalasi pengolahan air.

Kemudian, air dialirkan ke pelanggan, misalnya rumah-rumah atau industri. Dari keseluruhan proses, biaya termahal adalah poses pemompaan atau intake.

"Kalau dipukul rata, tiap daerah investasinya bisa Rp 10 juta (untuk pemasangan baru). Bukan hanya koneksi, karena kalau koneksi saja murah. Ini investasi keseluruhan," ujar Subekti di Hotel Bidakara, Senin (20/4/2015).

Tiap daerah bisa berbeda-beda biaya investasinya. Ada yang nilainya lebih rendah atau pun lebih tinggi dari Rp 10 juta. Subekti mencontohkan, empat tahun lalu di Tangerang, untuk 5.000 pelanggan, diperlukan biaya sekitar Rp 500 miliar.

Namun di Lampung, bisa dua kali lipat dari Rp 10 juta per pelanggan. Pasalnya, proses pengolahan air dari sungai ke intake dan ke rumah-rumah, cukup jauh. Belum lagi melihat topografi Lampung yang cukup sulit, yaitu perbukitan.

"Sehingga kalau mau nambah 27 juta pelanggan, butuh Rp 270 triliun. Itu makronya. Kalau melihat detail, ada yang lebih kecil, ada yang besar," jelas Subekti.

Pelayanan buruk

Tak mengherankan jika kondisi kinerja operator air di Indonesia, hanya 30 persen yang mendapatkan untung. Sisanya belum sehat. Hal tersebut dipengaruhi banyak faktor, antara lain tarif air tidak naik. Sementara di sisi lain, biaya operasional terus meningkat.

Kondisi tersebut diperparah ketika ada pemekaran daerah yang berimbas kepada perusahaan daerah air minum (PDAM).

"Banyak PDAM diserahkan daerah. Ketika pemekaran, mereka beroperasi di bawah level perekonomian. Mereka kesulitan menjalankan operasional," ucap Subekti.

Alhasil, pelayanan air di Indonesia, tambah dia, merupakan yang terendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, antara lain Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Bahkan dengan Singapura,  Indonesia tidak berkutik. Pelayanan air oleh negara yang terkenal disiplin ini, telah mencapai 100 persen.

Dengan demikian, isu utama Indonesia adalah bagaimana percepatan akses air bisa di terlaksana. Saat ini, menurut Subekti, ketidakadilan akses air masih dirasakan oleh beberapa penduduk Indonesia. Penduduk yang miskin biasanya menggunakan jeriken untuk memperoleh air.

Subekti menggambarkan, satu jeriken bisa menampung 20 liter. Untuk mencapai 1.000 liter atau satu meter kubik, butuh 50 jeriken. Jika harga per jeriken dikenakan Rp 2.000, maka harga per satu meter kubik adalah Rp 100.000.

"Sementara akses air minum di rumah-rumah kota besar, satu (meter) kubik hanya Rp 8.000-Rp 9.000," kata Subekti.

Contoh paling nyata, sebut dia, adalah para penduduk di Tanjung Priok. Mereka terpaksa harus mengeluarkan biaya yang mahal sekali untuk mendapatkan air bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com