Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aspek Pemandangan Masuk Komponen Penentuan Harga Tanah

Kompas.com - 17/04/2015, 20:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), berencana memasukkan aspek pemandangan dari bangunan-bangunan tinggi ke dalam komponen penentuan harga tanah.

Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan rasa keadilan pada penghuni bangunan yang lebih rendah di sekitarnya. "Selama ini (penentuan harga) sering mengabaikan itu. Karena hal itu masuk tata ruang, jadi menurut saya harus dimasukkan komponen view (pemandangan)," ujar Menteri ATR/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan, kepada Kompas.com, saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Jumat (17/4/2015).

Selama ini, tambah Ferry, soal harga tanah, penentuannya berkaitan dengan fasilitas akses atau infrastruktur. Semakin dekat dengan jalan besar, semakin mahal harganya. Demikian juga sebaliknya, semakin sulit aksesnya, maka harganya semakin murah.

Ferry menginginkan, aspek penentuan harga tidak sekadar itu, melainkan juga mempertimbangkan aspek pemandangan. Pasalnya, banyak pengembang mencari lokasi yang memiliki pemandangan bagus tanpa memikirkan bagaimana nasib orang-orang yang tinggal di sekitarnya.

"Misalnya ingin bangun gedung tinggi karena ada view yang bagus, pemandangan pantai, tetapi orang lain menjadi terhalang pemandangan itu," kata Ferry.

Begitu pun untuk bangunan di daerah pegunungan. Pengembang seringkali tidak merasa bahwa membangun di daerah tinggi akan menghalangi pemandangan bagi penduduk sekitarnya.

Dengan dibatasi dan dimasukkan komponen pemandangan, maka akan terbentuk asas keadilan. Jika pemandangan dan batasan tinggi bangunannya masuk dalam komponen harga tanah, maka semua orang bisa menikmati pemandangan yang sama.

"Tidak sekadar membangun, mendapat view secara ekslusif, yang lain jadi hilang kesempatannya," sebut dia.

Untuk itu, Ferry berencana menentukan standar tinggi lantai, terutama di daerah-daerah wisata seperti pantai atau pegunungan. Alasannya, Ferry sering menemukan adanya perumahan di balik bangunan tinggi.

Di pegunungan misalnya, agar terjamin tidak terhalang dengan bangunan lain, pengembang biasa memborong tanah beberapa meter di depannya. Selain itu, dengan adanya batasan tinggi dan lokasi pembangunan, keteraturan tata ruang bisa tercapai.

"Itu yang saya maksud ada keteraturan. Supaya bentuk bangunan juga tidak aneh-aneh," jelas Ferry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com