Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bervariasi, Pajak Ketinggian dan Pemandangan Apartemen Harus Dikaji Ulang

Kompas.com - 12/04/2015, 11:24 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang akan memajaki unit-unit apartemen dengan pemandangan bagus, dan ketinggian lantai yang dimulai dari lantai lima ke atas, menuai respon beragam. 

Ketua DPP Real Estat Indonesia (REI) Eddy Hussy menilai kebijakan perpajakan tersebut berdampak negatif dan positif. Oleh karena itu, Eddy meminta Kementerian ATR/BPN untuk mengkaji ulang, dan mempertimbangkan dengan matang sebelum diberlakukan pada 2016 mendatang.

"Kebijakan perpajakan untuk apartemen berpemandangan bagus akan menghambat investasi pengembang di kawasan tertentu yang punya keunggulan natura namun infrastruktur terbatas. Sebaliknya, kebijakan ini justru akan menguntungkan apartemen di pusat kota. Sebaiknya dikaji ulang," ujar Eddy. 

Sementara menurut Wakil Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukito Pranowo, kebijakan ini tidak akan banyak memengaruhi masyarakat. Alasannya, masyarakat lebih senang tinggal pada unit apartemen di lantai dasar sampai menengah.

"Orang Indonesia tidak terlalu nyaman kok tinggal di lantai tertinggi di apartemen. Kalau kebijakan ini diberlakukan, penjualan, dan daya beli tidak akan banyak terpengaruh," ujar Lukito kepada Kompas.com, Sabtu (11/4/2015).

Ia menambahkan, banyak calon pembeli yang menghindari membeli unit apartemen di lantai yang terlalu tinggi. Pasalnya, kebanyakan penghuni apartemen, khususnya di Jakarta dan sekitarnya, adalah orang yang cukup sibuk. Dengan demikian, jika tinggal di unit apartemen yang tinggi, akan membutuhkan waktu untuk naik atau turun lebih lama dibandingkan jika tinggal di unit apartemen dengan lantai lebih rendah.

"Percuma dapat pemandangan (bagus), tapi tidak didukung fasilitas. Orang tidak mau habiskan waktu untuk menunggu lift turun," kata Lukito.

Harga bervariasi

Berdasarkan pantauan Kompas.com, harga per unit apartemen sangat bervariasi dan tergantung posisi, dan pemandangan. Perbedaan harga unit berkisar Rp 6 juta-Rp 7 juta untuk apartemen menengah di Bogor, Serpong, dan Bekasi. Sedangkan di Jakarta, selisihnya bisa mencapai Rp 100 juta dengan harga per unit di atas Rp 2 miliar.

Dari varian harga tersebut juga ditemukan bahwa unit menghadap ke kolam renang, lebih mahal dibandingkan unit yang menghadap ke kota atau dengan pemandangan alam, misalnya pegunungan.

Sebut saja The Springlake Summarecon Bekasi yang dibanderol Rp 326 juta untuk ukuran studio 21,24 meter persegi menghadap ke kolam renang. Untuk tipe yang sama dengan luas lebih kecil (20,68 meter persegi) dan menghadap ke kota, harganya lebih rendah Rp 305 juta.

Sementara di Sentul Tower Apartment, Bogor, dengan luas unit studio 20,2 meter persegi di lantai 9 menghadap Gunung Salak harganya Rp 398 juta. Di lantai yang sama, unit 23,2 meter persegi dengan pemandangan Bukit Hambalang harganya Rp 438 juta. Sementara unit berukuran 26,2 meter persegi menghadap kolam renang harganya Rp 478 juta.

Satu lantai di atasnya, untuk ketiga tipe dengan luas yang sama, masing-masing harganya Rp 402 juta, Rp 442 juta, dan Rp 478 juta.

Lain lagi dengan Bogor Hill View yang dipatok Rp 239 juta untuk unit berukuran 22,60 meter persegi menghadap ke pegunungan. Sementara untuk unit dengan luas yang sama menghadap ke kolam renang, harganya Rp 238 juta.

Di Cikarang, Bekasi, harga unit Apartemen Chadston di Tower Garden dengan luas 25 meter persegi dan pemandangan kolam renang, harganya Rp 306 juta. Untuk unit berukuran sama dengan pemandangan kota harganya Rp 297 juta. Begitu juga unit dengan pemandangan padang golf harganya Rp 297 juta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com