Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Bisnis Properti Barito Pacific

Kompas.com - 08/04/2015, 10:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Barito Pacific Tbk selama ini identik dengan industri petrokimia, hutan tanaman industri (HTI), pertambangan, perkebunan kelapa sawit, eksplorasi, produksi minyak dan gas bumi, serta pedagangan terkait sektor industri tersebut.

Namun, imperium bisnis yang kini dinakhodai Agus Salim Pangestu, putra sang pendiri Prajogo Pangestu, mulai serius merambah sektor properti.

Mereka mengawalinya dengan membesut kawasan industri Griya Idola Industrial Park (GIIP) melalui sayap bisnis PT Griya Tirta Asri. GIIP yang berlokasi di kawasan Bitung, Kabupaten Tangerang, Banten, mulai dibangun pada 24 Maret 2015 lalu.

Menurut Senior Associate Director Industrial Services Colliers International Indonesia, Rivan Munansa, luas GIIP sekitar 50 hektar. Berbeda dengan kawasan industri lainnya, GIIP tidak hanya kavling-kavling untuk industri, melainkan juga dikombinasikan dengan berbagai macam fungsi yang mendukung kebutuhan industri.

"GIIP mengintegrasikan lahan industri dengan gudang multiguna, service center, perkantoran, workshop, ruko, dan ruang ritel sebagai fasilitas penunjang. GIIP dilengkapi juga dengan fasilitas pengolahan air bersih, dan air limbah," tutur Rivan kepada Kompas.com, Selasa (7/4/2015).

Selain itu, GIIP mengakomodasi kebutuhan tiga hingga empat besar penyewa sebagai major anchor, dan menarwakan area untuk dikembangkan dengan skema built to suit atau dibangun sesuai kebutuhan dan permintaan spesifik calon penyewa.

Sejatinya, GIIP bukan properti perdana yang dikembangkan dan dimiliki Barito Pacific. Jauh sebelumnya yakni pada 1989, mereka telah memiliki Wisma Barito Pacific Towers di Jl S Parman, Jakarta Barat.

Properti ini dikelola PT Griya Asri sebagai perusahaan yang dibentuk untuk mengelola aset properti komersial strategis. Dalam perjalanannya kemudian, PT Griya Idola diklaim memiliki rekam jejak yang solid untuk kinerja dan asupan pendapatan perseroan. 

Kendati properti komersial yang dibangun tidak sebanyak milik raksasa properti macam Agung Podomoro Group, Ciputra Group, dan Lippo Group, namun, kembalinya Barito Pacific diprediksi bakal membuat kompetisi sektor properti kian ketat.

CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, bahkan berani mengatakan Barito Pacific bakal menjadi boutique developer atau pengembang yang tidak disetir oleh pasar melainkan menciptakan tren pasar. Pengembang semacam ini akan membangun properti secara terbatas, eksklusif, namun bernilai tinggi.

"Barito Pacific punya parcel of land  seluas 5.290 meter persegi di Jl S Parman, tidak jauh dari Wisma Barito Pacific Tower. Kami pernah membuat studi kelayakannya. Lahan itu akan dijadikan perkantoran," tutur Hendra.

Hendra menambahkan, Barito Pacific di bawah kendali Agus Salim Pangestu cukup berhati-hati. Meski studi kelayakan sudah dilakukan sejak dua tahun lalu, namun gedung perkantoran yang direncanakan belum dibangun.

Nah, dengan dikembangkannya GIIP, menandakan Barito Pacific serius kembali menggeluti sektor properti. Meskipun saat ini ekonomi sedang lesu, namun untuk kawasan industri secara spesifik masih punya potensi dan prospek menjanjikan.

"Perkantoran dan apartemen boleh kita khawatirkan karena kondisinya lampu kuning. Namun sub-sektor kawasan industri justru semakin menjanjikan. Karena pasokan yang siap masuk pasar, sangat terbatas, sementara di sisi lain kebutuhan justru meningkat terutama yang berasal dari industri consummer goods dan industri pengolahan makanan," imbuh Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com