Menurut Laporan
Overseas Development Institute (ODI) yang dilansir Maret 2015, kedua negara ini memberikan lebih dari 40 miliar dollar AS sebagai subsidi untuk sektor kelapa sawit, kayu, kedelai, daging sapi, serta minyak bumi antara tahun 2009 hingga 2012. Angka ini 126 kali lebih banyak jika dibandingkan yang didapatkan oleh kedua negara ini untuk melestarikan hutan hujan.REDD+ PBB menyatakan
bahwa Indonesia dan Brasil hanya mendapatkan 346 juta dollar AS untuk pelestarian hutan hujan. Negara yang paling banyak memberikan bantuan adalah Norwegia dan Jerman."Fakta bahwa subsidi domestik untuk komoditas
penyebab deforestasi jauh lebih besar daripada bantuan internasional yang diberikan untuk mencegah hal tersebut menunjukkan kita perlu memikirkan kembali hal ini secara mendasar," ujar salah satu penulis laporan ODI, Will McFarland.Menurut
McFarland, dengan membuat biaya produksi yang lebih murah dibandingkan harga komoditi, subsidi dapat meningkatkan keuntungan industri dan membuatnya lebih diinginkan investor. Namun hal tersebut justru semakin mengancam kondisi hutan hujan di kedua negara tersebut."Hal
ini selanjutnya akan mengembangkan pertumbuhan industri. Namun mengancam kondisi hutan hujan lebih jauh. Dengan subsidi yang lebih besar 100 kali lipat dibandingkan bantuan pelestarian, kita harus segera berusaha mereformasi sistem ini," ujar McFarland.Juru
kampanye iklim internasional untuk Friends of the Earth, Asad Rehman, menyamakan hal yang terjadi di Indonesia dan Brasil tersebut sebagai 'permintaan donasi untuk kegiatan penyembuhan kanker sekaligus menyubsidi rokok di waktu bersamaan'."Deforestasi
sangat didorong oleh permintaan konsumsi dari wilayah Utara dunia. Kita semua bertanggung jawab mengatasi bisnis yang berkolusi dalam kehancuran ini. Satu-satunya solusi nyata untuk kegagalan ini adalah memberdayakan masyarakat untuk menjaga hutan mereka," ujar Rehman.Lebih
dari setengah kerusakan hutan dunia mulai dari tahun 1990 hingga 2010 berada di Indonesia dan Brasil. Kerusakan hutan tersebut mencapai rerata 1,2 juta hektar di Indonesia dan 2,7 juta hektar di Brasil.Tingkat
kerusakan hutan di Indonesia melonjak drastis dalam satu dekade terakhir. Bahkan kerusakan hutan di Indonesia telah melampaui yang terjadi di Brasil di mana deforestasi di negara tersebut telah menurun sejak 2004.Sejak
tahun 2008 hingga 2012, 61 persen pembukaan hutan menyumbangkan emisi gas rumah kaca Indonesia. Sedangkan Brasil hanya menyumbang 28 persen.Masalah
tersebut berasal dari kurangnya koordinasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melestarikan sumber daya alam dengan kementerian lainnya yang termotivasi kepentingan untuk melindungi ekspor komoditas dan mengurangi kemiskinan."Melalui
reformasi subsidi, keseimbangan finansial kehutanan dapat digunakan untuk memastikan anggaran pemerintah dapat diberikan merata pada pelestarian hutan maupun mengurangi kemiskinan," lanjut Rehman.