Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan "Ngecat" Rumah Sakit dengan Warna Ini!

Kompas.com - 22/03/2015, 22:15 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penentuan warna yang akan digunakan pada properti rumah sakit haruslah dipilih secara cermat. Tak semua warna direkomendasikan penggunaannya di beberapa fungsi rumah sakit, seperti merah, hitam, dan hijau.

Dewan Pembina Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII), Dina Hartadi, mengemukakan hal tersebut dalam seminar bertajuk “Psychology of Color: Hospital & Health Facility” saat Design Week 3.1 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2015).

Menurut Dina, penggunaan warna merah pada properti rumah sakit, terutama area klinikal tidak direkomendasikan. Karena warna merah identik dengan darah sehingga dapat memberikan perasaan traumatik pasien.

“Sebaiknya dihindari penggunaan warna merah untuk desain properti rumah sakit. Warna tersebut identik dengan darah yang merugikan pasien, dokter, serta staf perawat,” ujar Dina.

Selain merah, warna hitam juga sebaiknya dihindari. Menurut Dina, warna hitam menyimbolkan kematian yang merupakan hal negatif dalam kegiatan rumah sakit. Demikian halnya dengan warna hijau yang sebaiknya tidak digunakan dalam ruang klinikal ataupun pada pakaian dokter dan staf perawat.

“Warna hijau sebaiknya dihindari pada pakaian dokter dan perawat serta ruangan klinikal. Warna tersebut reflek pada kulit manusia sehingga ada kemungkinan dokter bisa salah mendiagnosa,” tandas Dina.

Dina melanjutkan, pengelola rumah sakit sebaiknya memilih warna-warna pastel yang lembut, karena warna tersebut tetap dapat disesuaikan dengan fungsi ruangan dalam rumah sakit.

“Kita bisa gunakan warna-warna pastel ataupun lembut dalam properti fasilitas kesehatan seperti rumah sakit. Warna tersebut dapat memberikan kenyamanan bagi pasien rumah sakit. Namun penentuan warna memang harus sangat teliti melihat fungsi ruangan kegiatan penyembuhannya. Kita tidak mungkin menggunakan warna-warna yang mengganggu di ruang dokter atau pasien,” kata Dina.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau