Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen IPB: Indonesia Sulit Air Bersih

Kompas.com - 03/03/2015, 22:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di Indonesia, baru 20 persen masyarakat yang dapat mengakses air bersih layak minum. Dari total 200 juta penduduk, baru 40 juta yang terlayani air layak minum melalui jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral, hingga tahun 2015, diperkirakan pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia baru mencapai 68,9 persen dari total kebutuhan air bersih penduduk secara nasional.

Sedangkan informasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, ketersediaan air bersih yang benar-benar layak untuk dikonsumsi masyarakat, diperkirakan cadangannya hanya tersisa tinggal 18 persen dari total keseluruhan persediaan.

"Tak mengherankan, jika sebagian besar masyarakat Indonesia yang hidup di pantai, dan pulau-pulau kecil memanfaatkan air bersih dari hujan. Itu karena air bersih sangat susah ditemui. Jadi harus mengandalkan PDAM," jelas Dosen Tenik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Roh Santoso Budi Waspodo, kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2015).

Dia mencontohkan, warga di Kepulauan Seribu, sangat susah mendapatkan air bersih. Air yang ada, kualitasnya sangat buruk sehingga berbahaya untuk dikonsumsi.

Selain di daerah pantai, air dari sungai juga tidak kalah buruknya. Pasalnya, banyak aktivitas keseharian dilakukan di sungai, mulai memandikan kerbau, bebek, cuci, buang air besar, buang sampah dan sebagainya. Bahkan, pabrik-pabrik dan industri membuang limbahnya juga ke sungai.

"Dengan begitu, air sungai menjadi tidak layak dikonsumsi," tegas Roh.

Timbal

Sayangnya, masyarakat kita seringkali tidak menyadari bahwa air yang sudah tercemar,  mengandung zat-zat yang berbahaya, di antaranya timbal. Timbal atau plumbum adalah salah satu unsur kimiawi. Unsur ini diyakini mengandung toksik atau racun yang berbahaya. Karena mampu larut dalam air, timbal bisa secara tidak sengaja dikonsumsi oleh manusia.

"Timbal itu prinsipnya memengaruhi kesehatan. Dia larut di dalam darah dan menimbulkan penyakit," ujar Roh. Dalam jangka panjang, kata Roh, timbal bisa mengakibatkan penyakit antara lain gangguan syaraf, ginjal, hingga sistem reproduksi dan fungsi paru-paru.

Penyakit tersebut timbul karena air yang dikonsumsi tidak bersih. "Dulu, orang menggunakan sumur dan sungai sebagai salah satu sumber air. Tapi, pencemaran sekarang sangat berat," kata Roh.

Bagaimana jalan keluarnya? Bagi masyarakat yang belum dapat mengakses air bersih layak minum dari jaringan PDAM, dapat menadah air hujan, dan memanfaatkan air tanah. Meski air tanah mengandung zat-zat kimia, namun, kandungannya masih aman untuk dikonsumsi.

"Sebenarnya, air tanah menyimpan unsur alami timbal dan mineral seperti kalsium. Tapi, saat ini masih di bawah ambang batas," jelas Roh.

Untuk mendapatkan air tanah yang aman dikonsumsi, menurut dia, setidaknya harus berjarak dua kilometer dari pantai. Kurang dari itu, air tanah sudah terkontaminasi dengan air laut. Pasalnya, air laut mengandung kadar garam tinggi sehingga bisa menyebabkan stroke. Selain itu, juga berpengaruh pada kulit sehingga mudah terkelupas.

Dalam memanfaatkan air tanah, masyarakat dihimbau untuk menggunakannya secara bijak. "Diibaratkan (sumur air tanah) tabung berisi air, tidak bisa yang keluar lebih banyak daripada yang masuk. Nanti tabungnya kosong," tandas Roh.



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com