Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Hal Tentukan Program Sejuta Rumah Bakal Sukses

Kompas.com - 10/02/2015, 17:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertambahan populasi per tahun menstimulasi meningkatnya kebutuhan rumah. Dalam memenuhi kebutuhan ini, pemerintah melakukan inisiasi dengan pencanangan program pembangunan satu juta rumah.

Meski begitu, menurut ekonom Aviliani, program ini perlu pertimbangan tertentu agar bisa berjalan efektif dan sukses. Ada empat faktor yang harus diperhatikan pemerintah. Faktor pertama dan terutama adalah kapasitas konsumsi masyarakat terhadap pembelian rumah.

Kapasitas ini, kata Aviliani, perlu dioptimalkan. "Di masyarakat kita, kalau tidak bisa beli rumah, uangnya akan habis untuk keperluan konsumtif," ujar Aviliani di Graha Niaga, Jakarta, Selasa (10/2/2015).

Untuk mengubah dan mengalihkan pola konsumsi kepada cicilan rumah ini, harus diperkuat, khususnya di kalangan kelas menengah. Alasannya, satu juta rumah yang dibangun ini kebanyakan untuk kalangan menengah.

Faktor kedua, Aviliani menambahkan, adalah terkait permintaan rumah. Ketika membangun rumah, haruslah disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak hanya melulu soal angka.

"Perlu ditetapkan jenis rumahnya apakah apartemen, rusun, atau rumah tapak. Karena tidak semua orang butuh apartemen, sebaliknya tidak semua orang butuh rumah tapak. Ini mungkin yang harus lebih jelas," kata Aviliani.

Selain kapasitas konsumsi, dan permintaan rumah, yang perlu diperhatikan juga adalah tingkat suku bunga. Pemerintah harus berkoordinasi dengan Bank Indonesia, agar fluktuasi suku bunga tidak terlalu tajam.

"Pasalnya, kemampuan kelas menengah bergantung pada kondisi suku bunga. Saat suku bunga naik sedikit saja, daya beli menurun," jelas Aviliani.

Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat gambaran, sampai seberapa jauh masyarakat mampu membayar suku bunga. Selain itu, pemerintah juga perlu memikirkan struktur penghasilan masyarakat.

"Di Indonesia, masyarakat berpenghasilan tetap ada 30 juta orang. Sedangkan 75 juta tidak tetap, berada di sektor informal, tapi orang ini butuh rumah," ucap Aviliani.

Untuk menanggung kebutuhan rumah mereka, pemerintah perlu memperhatikan faktor keempat yakni menyiapkan banyak skema, misalnya dengan menerapkan cicilan yang tidak ditagih secara bulanan.

Aviliani mencontohkan, para petani misalnya, diberi waktu untuk mencicil saat masa panen. "Kalau modelnya bulanan, rumah hanya bisa diangsur oleh orang berpenghasilan tetap," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com