Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep "Sarang Laba-laba" Bisa Diaplikasikan untuk Jalan Tol

Kompas.com - 23/01/2015, 11:24 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPA.com - Tidak hanya untuk hunian atau gedung, konstruksi sarang laba-laba juga dapat diaplikasikan untuk jalan tol. Demikian dipaparkan Guru Besar bidang Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Prof Herman Wahyudi, terkait rencana pemerintah membangun jalan tol Trans Sumatra.

Herman mengatakan, konstruksi sarang laba-laba dikenal sebagai pondasi dangkal berupa slab menerus dan struktur bersifat kaku (rigid) sehingga tidak mudah mengalami penurunan apabila dilewati kendaraan berat. Untuk itu, ada baiknya pemerintah memberi kesempatan agar karya anak bangsa tersebut dapat disertakan dengan rencana pemerintah membangun jalan tol.

"Biasanya, persoalan yang dihadapi dalam pembangunan jalan tol di Indonesia adalah kondisi tanahnya yang tidak mendukung dan seringkali mengalami penurunan. Jika penurunan itu tidak merata, lapisan beton di atasnya akan retak kalau dilewati kendaraan bertonase besar," ujar Herman kepada Kompas.com, Jumat (23/1/2015).

Herman menambahkan, struktur sarang laba-laba sangat kaku. Kalaupun terjadi penurunan, lanjut dia, sangat kecil sekali dan slab (lantai) menyambung sehingga mampu membagi beban. 

"Sulit untuk mengalami retak atau crack, dengan catatan seluruh proses pekerjaan untuk membangun konstruksi ini diikuti dengan benar," kata Herman.

Adapun proses pekerjaan yang dimaksud apabila menghadapi kondisi tanah yang ekstrim seperti terlalu ekspansif, misalnya mudah kembang dan susut atau tanah liat (soft atau hard clay), konstruksi sarang laba-laba tetap harus dikombinasikan dengan perbaikan kondisi tanah (soil improvement). Baca: Konstruksi Sarang Laba-laba Direkomendasikan untuk Daerah Rawan Gempa.

Percepatan pembangunan

Sebelumnya Plt Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Taufik Widjoyono mengatakan bahwa Kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat sangat mendukung inovasi, apalagi kalau inovasi tersebut dapat mendukung percepatan pembangunan infrastruktur yang dicanangkan Presiden.

"Inovasi ini untuk mempercepat seluruh target yang ditetapkan Presiden untuk mendukung ketahanan pangan mulai dari pembangunan waduk, irigasi, serta jalan," kata Taufik.

Taufik mengatakan, Kementerian PU akan menyiapkan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur yakni dengan mempersingkat proses pelaksanaan dari design dapat langsung dibangun.

Dia menjelaskan, sebelum merealisasikan rencana tersebut berkerja sama dengan mitra pelaku jasa konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melakukan rangkaian pelatihan mulai dari disain sampai sertifikasi.

"Dengan terobosan ini pelaku jasa konstruksi akan lebih lincah dalam mengaplikasikan teknologi dibidang konstruksi, apalagi saat ini banyak teknologi baru yang dapat dipergunakan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur," ujarnya.

Adapun anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp118 triliun untuk tahun 2015. Sebagian besar anggaran itu dialokasikan untuk jalan Rp56 triliun, irigasi dan bendungan Rp30 triliun, perumahan Rp8 triliun, air bersih Rp15 triliun, papar Taufik.

Baca juga: "Sarang Laba-laba", Konstruksi Ramah Gempa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Demak: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Demak: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Hotel
Permintaan Membeludak Pasca-Lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Permintaan Membeludak Pasca-Lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Berita
Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Berita
Meski Tahan Lama, Wastafel 'Stainless Steel' Punya Kekurangan

Meski Tahan Lama, Wastafel "Stainless Steel" Punya Kekurangan

Tips
Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Berita
Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banjarnegara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banjarnegara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Banjar: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Banjar: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sukabumi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sukabumi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com