Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangkalan Bun, Sepotong "Surga" di Zamrud Khatulistiwa

Kompas.com - 31/12/2014, 20:04 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Popularitas Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, melesat dalam empat hari terakhir. Media arus utama baik cetak, online, radio, maupun televisi menyebut nama kawasan berjarak 220 kilometer dari ibu kota Palangkaraya tersebut, berulang kali terkait jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501.

"Pangkalan Bun merupakan kawasan yang sedang berkembang saat ini, dan ada banyak investor yang tertarik menggarapnya," ujar Direktur Utama PT Anugerah Griya Auliatama, pengembang properti, Fatchul Huda, kepada Kompas.com, Selasa (30/12/2014).

Fatchul bercerita, kendati waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai kawasan ini sekitar 5 sampai 6 jam, namun terbayar oleh kondisi alam yang masih asli dengan pemandangan berbeda yang tidak didapat kawasan-kawasan lainnya.

"Itulah mengapa jaringan hotel internasional, Swissbel Hotel sampai mengembangkan portofolionya ke Pangkalan Bun. Ini menandakan bahwa kawasan Pangkalan Bun sangat prospektif dan menawarkan surga investasi bagi investor properti," tutur Fatchul.

Swissbel Hotel Group, memang telah hadir di Pangkalan Bun dengan merek Swissbel Inn. Ini merupakan hotel dengan kelas bintang tiga yang berjarak 10 menit dari Bandara Iskandar dan Pelabuhan Kumai. Ada pun jumlah kamar Swissbel Inn sebanyak 93 unit.

Pangkalan Bun, kata Fatchul, terkoneksi oleh Jalan Trans Kalimantan, menuju Sampit, Ketapang, dan Kota Pontianak. Ibu kota Kabupaten Waringin Barat ini juga dapat diakses melalui jalur laut berupa Pelabuhan Kumai yang melayani rute Semarang dan Surabaya.

Sementara Bandara Iskandar menjadi gerbang akses udara yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta, Semarang, Surabaya, Solo, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Pontianak, Banjarmasin, dan Balikpapan.

Indahnya Pangkalan Bun, juga dilukiskan oleh CEO Crown Group, Iwan Sunito, dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan Kompas.com. Taipan properti yang berbisnis di Australia ini, menghabiskan masa kecilnya selama 12 tahun di Pangkalan Bun.

“Saat tinggal di Pangkalan Bun, rumah kami ada di atas air. Kalau orang sekarang senang dengan apartemen yang menghadap danau (lake view) atau laut (sea view), rumah kami dulu benar-benar di atas air,” kenang Iwan dalam sebuah kesempatan.

Pangkalan Bun, sejatinya menawarkan kehidupan khas di tepi sungai, layaknya kota-kota lain di Kalimantan. Sungai Arut merupakan nadi kehidupan kota ini. Sehingga muncul sebuah ungkapan bahwa siapa pun yang meminum air dari Sungai Arut pasti akan kembali ke Pangkalan Bun.

Sebagaimana dikutip dari Wonderful Indonesia, kota kecil yang ramai ini dahulu merupakan kekuasaan Kesultanan Kutaringin pada masa pemerintahan Sultan Imanudin tahun 1811-1814. Secara historis, Kesultanan Kutaringin pernah menjadi kabupaten kerajaan Banjar yang muncul sebagai kesultanan yang terpisah pada masa pemerintahan Sultan Banjar IV Mustainbillah.

Kesultanan ini berada di bawah pemerintahan Kerajaan Jawa Majapahit, sehingga jejak budaya Jawa mudah ditemukan di daerah ini. Sisa-sisa peninggalan kesultanan dapat ditemukan di Keraton atau Istana Kuning, tepatnya di pusat kota Pangkalan Bun. Istana tersebut sudah pernah direkonstruksi karena pernah terbakar tahun 1986.

Selain itu, Pangkalan Bun juga sarat dengan obyek-obyek wisata. Satu di antaranya yang paling beken adalah Taman Nasional Tanjung Puting.

"Ke depan, investasi properti di Pangkalan Bun, terutama properti akomodasi dan hospitalitas akan berkembang pesat," tandas Fatchul.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com