Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Dekade, Rekam Jejak Urbane Mewarnai Dunia Arsitektur Indonesia

Kompas.com - 29/12/2014, 20:09 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada spirit idealisme dan integritas yang ditawarkan perusahaan konsultan perencanaan, arsitektur, dan desain, PT Urbane Indonesia (Urbane). Di luar popularitas yang melesat, Urbane masih memegang dua hal prinsip itu dalam lelaku, karya, dan kultur untuk memberikan rona pada dunia arsitektur, dan pembangunan urban Indonesia.

"Kami menghindari conflict of interest dan tidak menerima pekerjaan apa pun yang ditawarkan baik oleh instansi pemerintah maupun swasta di dalam lingkup Kota Bandung," ujar Managing Director PT Urbane Indonesia, Reza A Nurtjahja, kepada Kompas.com, Senin (29/12/2014).

Reza menyadari, saat pendiri Urbane yakni Ridwan Kamil terpilih menjadi Wali Kota Bandung, saat itu pula sesungguhnya akan ada banyak permintaan jasa konsultansi perencanaan, arsitektur, dan desain yang menghampiri.

"Namun, kami sepakat untuk tidak memanfaatkan posisi Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) demi kepentingan komersial sehingga secara bisnis kami bisa ekspansif. Kami justru menghindari itu," kata Reza.

Dengan bersikap seperti itu, tambah Reza, Urbane yang bertansformasi menjadi entitas utuh pada 2004, semakin berkembang. Tahun ini saja pendapatan perusahaan telah menyentuh angka sekitar Rp 25 miliar. "Tahun depan, kami pastikan tumbuh 20 persen dengan jumlah karyawan (arsitek, administrasi, dan umum) 60 orang," tandasnya.

Nama Urbane menasional setelah memenangkan atau sekadar menjadi kandidat pemenang berbagai sayembara perencanaan dan arsitektur yang diselenggarakan lembaga-lembaga berbeda. Mulai dari sayembara The Learning Gateway, Kampus 1 Universitas Tarumanegara, The Skyscape Gateway di Kemayoran, hingga Museum Tsunami di Aceh.

Postur dan profil Urbane semakin membesar tatkala mampu menyejajarkan diri dengan nama-nama tersohor lainnya macam Airmas Asri, Anggara Architeam, Arkonin, PTI Architects, atau Duta Cermat Mandiri. Bahkan sejak 2007 silam, Urbane masuk dalam Top Ten Architecture versi BCI Asia.

Futuristik

"Ide anak-anak Urbane orisinal, brilian, dan konsepnya bagus. Hasil karyanya futuristik, dalam arti mampu menerjemahkan perspektif masa depan dengan baik," tutur Chief Operating Officer SpringHill Group, AH Marhendra.

Marhendra memaparkan, SpringHill Group memutuskan menggunakan jasa Urbane karena peduli terhadap pengembangan berkelanjutan dan ramah lingkungan (hijau). "Mereka salah satu pelopor dan concern terhadap green development. Itu sesuai dengan visi kami," tambah Marhendra.

Karya Urbane yang menjadi portofolio SpringHill Group adalah The Royal Springhill Residences, Swissbel Inn Hotel, dan beberapa lainnya yang masih dalam konsep dan desain skema.

Hal senada dikemukakan Project Director PT Bakrie Pangripta Loka, pengembang Sentra Timur Residences, Djafarullah. Menurut Djafar, Urbane cukup kuat di visi dan konsep desain serta concern dengan hal-hal berbau desain hijau.

"Pendek kata desainnya mengikuti perkembangan baru," ucap Djafar.

Hanya, tambah dia, Urbane masih harus memperkuat diri dalam hal detail rancangan dengan penambahan tenaga drafter yang lebih berpengalaman.

Kelemahan serupa juga disoroti sesama konsultan perencana, arsitektur, dan desain lainnya, Prasetyoadi. Menurut Managing Director PDW Architects ini, di balik pesona Urbane yang sarat ide-ide gila, masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki.

"Idenya banyak yang positif, terutama rancangan pedestrian way di kawasan terpadu Rasuna Epicentrum. Kami, jujur mengacu rancangan tersebut untuk dikoneksikan dengan Grand Rubina. Akan tetapi, secara detail Urbane masih lemah dan butuh penajaman," ungkap Prasetyoadi.

Namun, kata Prasetyoadi, kelemahan detail tak hanya milik Urbane, melainkan juga arsitek dan perencana Indonesia secara umum. "Secara konseptual bagus namun ketika diimplementasikan di lapangan, banyak "bolongnya". Ini tak hanya terjadi pada proyek-proyek besar macam Bakrie Tower, Epicentrum Walk, juga Kampus 1 Universitas Tarumanegara," tadnas Prasetyoadi.

Dia menambahkan, kelemahan Urbane lainnya adalah terlalu membuka diri untuk menerima pengaruh dari luar, terutama Amerika Serikat. Sehingga banyak karya yang repetitif.

"Bakrie Tower dan Epicentrum Walk sendiri menyerupai gedung-gedung di New York, dan Dubai. Namun bedanya, kedua karya ini punya banyak ruang yang tidak fungsional sehingga mubazir. Urbane punya potensi untuk tumbuh lebih besar asal mau belajar memperbaiki kelemahan dengan mengajak arsitek mudanya terjun ke lapangan," pungkas Prasetyoadi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com