Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2015 Titik Terendah Pertumbuhan Properti

Kompas.com - 07/12/2014, 12:12 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan properti pada 2015 diperkirakan bakal anjlok. Kenaikan harga bahan bakar minyak dan kenaikan tarif dasar listrik dianggap membebani ongkos produksi para pengembang dan menggerus daya beli masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat properti, Ali Tranghada, dalam paparan Economy Outlook 2015 di Jakarta, Rabu (3/12/2014).

"Secara keseluruhan, properti di 2015 menurun signifikan. Titik terendah properti ada di 2015. BBM naik, semua jatuh," ujar Ali.

Ali menjabarkan, penjualan properti selama 2013 hingga 2014 sudah mengalami kemerosotan hingga 70 persen. Penjualan properti di akhir tahun ini pun, tutur Ali, kemungkinan besar tidak akan setinggi sebelumnya dan kembali mengalami penurunan penjualan antara 25 sampai 30 persen.

"Secara tahunan 2013-2014 penjualan jatuh. Dari 2014 mungkin tidak setinggi itu lagi, yaitu hanya 25 persen. Tapi, secara total kan makin dalam. Data terakhir belum masuk tapi antara 25 sampai 30 persenan," imbuh Ali.

Kendati demikian, Ali masih memandang optimistis pasar properti tahun depan. Pasalnya, Pemerintah telah berkomitmen membangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tentu bisa mendorong daya tarik properti dan memperbaiki pertumbuhannya.

Hal senada disampaikan pengamat pasar modal, Jimmy Dimas Wahyu. Dalam kesempatan yang sama, Jimmy bahkan memberikan pandangan yang lebih optimistis. Jika Ali mengungkapkan bahwa 2015 akan menjadi titik terendah, Jimmy menuturkan bahwa di tahun yang berat tersebut, pasar properti malah akan bullish atau menunjukkan gejala kenaikkan.

"Tahun 2015 saya sangat yakin akan bullish. Hanya saja, investasi di properti ada strateginya. Pertama lokasi, pandang properti sebagai investasi jangka panjang, terapkan strategi pasif (passive strategy), pastikan P.R.E.P (produk bagus, reputasi, engangement, dan performance), dan tanyakan ahli, broker, konsultan, pemasar," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com