Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di 2020, Air Akan Jadi "Emas"...

Kompas.com - 31/10/2014, 10:47 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini penggunaan air di kota-kota besar masih belum diperhitungkan. Artinya, masyarakat urban tak ragu-ragu saat menggunakan air dan menganggap pasokan air masih berlimpah tanpa perlu bersusah payah melakukan penghematan.

Hal tersebut diutarakan oleh Ketua Green Building Council Indonesia (GBCI), Naning Siti Adiningsih Adiwoso, pada seminar Hari Bangunan Indonesia, di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2014). Menurut dia, satu cara agar pasokan air tetap terpenuhi adalah dengan membangun taman.

"Di bawah park itu ada storm water (air hujan). Tahun 2020 air akan jadi emas. Di luar negeri, orang sudah mulai berlomba bikin well (sumur) untuk menangkap air. Di sini orang berebut bangun gedung," ujar Naning.

Padahal, lanjut Naning, gedung akan menghalangi tanah menangkap air hujan dan menyimpannya menjadi air tanah. Di sisi lain, semakin hari penduduk Indonesia semakin padat.

Di Bandung, misalnya, jika dirata-ratakan, setiap satu meter persegi diisi oleh 4.400 penduduk. Sementara itu, di Bekasi jumlah penduduknya sudah lebih dari satu juta.

"Kalau sudah begini, bagaimana air tanahnya bisa bersih?" kata Naning.

Dia pun mengajak seluruh masyarakat memelihara air dengan baik. Naning mencontohkan, saat menyiram toilet setiap orang sudah menghabiskan 12 liter air. Beruntung, kini teknologi toilet sudah memangkas penggunaan air untuk menyiram. Namun, jika kebiasaan masyarakat tidak berubah dan menggunakan air seenaknya, pasokan air bisa saja habis.

"Coba kalau setiap orang menyiram toilet sampai berliter-liter air, kita akan kehabisan air. Sisanya cuma air laut," ujarnya.

Oleh karena itu, Naning menyarankan kepada seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk menyadari masalah ini. Menurut dia, setiap kota perlu memperbanyak ruang terbuka untuk menyimpan air tanah, misalnya area untuk bersepeda, kolam, dan taman kota.

Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan ruang bagi pejalan kaki. Tak hanya menambah ruang terbuka, area pejalan kaki juga akan membantu mengurangi angka obesitas.

"Sekarang semua naik mobil. Ke kantor atau ke mal inginnya turun langsung di depan pintu, jalan sedikit saja tidak mau. Di Amerika angka obesitas sudah tinggi," kata Naning.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com