Strategi bisnis tersebut disampaikan Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk., Johannes Mardjuki, kepada Kompas.com, Selasa (28/10/2014).
Menurut Johannes, pergeseran orientasi segmen produk tersebut juga untuk merespon pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yang diprediksi di bawah 5 persen.
"Fokus pada produk affordable ini akan kami lakukan hingga kondisi ekonomi pulih kembali dan akses untuk KPR lebih mudah. Kami sudah mengantisipasi, penjualan secara volume pasti akan menurun, sedangkan dalam konteks nilai rupiah, tidak akan ada perubahan," jelas Johannes.
Kendati demikian, kata Johannes, Summarecon tetap optimistis target penjualan tahun depan masih bisa tumbuh meskipun dengan angka konservatif yakni 10 persen. Sementara target tahun ini sebesar Rp 4,5 triliun. Hingga September, penjualan masih sesuai dengan ekspektasi.
"Oleh karena itu, untuk dapat mempertahankan penjualan, kami juga menerapkan kiat tak sembarang produk terjangkau yang kami bangun. Melainkan produk terjangkau dengan kualitas tinggi. Walaupun untuk itu, kami harus mengorbankan gross profit margin," tambah Johannes.
Summarecon, lanjut dia, menawarkan kemudahan pembiayaan kepada konsumen kelas menengah untuk mendapatkan produk dengan harga bersahabat tersebut melalui cicilan yang diperpanjang hingga 48 bulan, dari sebelumnya 24 bulan tanpa bunga. Sementara uang muka tetap mengikuti aturan Bank Indonesia, yakni 30 persen dan tidak bisa diangsur.
"Hal itu dilakukan untuk menghindari praktik spekulasi," imbuh Johannes.
Ada pun produk murah yang diapsarkan sebelum 2014 berakhir adalah Serpong Midtown sebanyak 600 unit dalam bangunan 3 menara. Dua menara pertama merupakan produk menengah, dan satu menara untuk menengah atas.
Summarecon mematok unit-unit Serpong Midtown dengan harga mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 800 juta.